BAB 81

9K 468 41
                                    

~HAPPY READING~

Tidak terasa, 2 bulan telah berlalu. Dan sekarang kandungan Shyina sudah masuk pada usia 9 bulan. Setelah pemeriksaan terakhir kemarin, dokter mengatakan jika antara 1-2 minggu yang akan datang adek bayi yang ada di perut Shyina akan segera lahir.

Pak Arkan sudah mengambil cuti sejak 1 minggu yang lalu. Dia tidak mau mengambil resiko dengan meninggalkan Shyina seorang diri di rumah. Awalnya Mama Bida menyuruh supaya mereka berdua tinggal di rumah Papa Arya untuk sementara. Tapi Shyina menolak karena takut merepotkan mertuanya itu.

Pagi ini, Shyina duduk di kursi teras rumahnya di temani dengan Pak Arkan yang sedang menyiram tanaman. Pak Arkan masih menggunakan sarung dan juga kaos hitam polos miliknya, persis seperti bapak-bapak kompek. Karena selesai sholat dhuha tadi, Shyina meminta di temani untuk duduk di luar. Jadi Pak Arkan tidak sempat mengganti pakaiannya.

Shyina mengusap perutnya pelan. Seperti baru kemarin dia muntah-muntah, mengidam ini itu, harus berdebat dengan Pak Arkan setiap hari karena masalah susu ibu hamil, dan juga berebut biskuit ibu hamil dengan suaminya. Tapi sekarang tiba-tiba sudah 9 bulan saja. Shyina seperti tidak sadar kalau waktu sangat cepat berlalu.

Pak Arkan sudah selesai dengan acara menyiram tanamannya. Dia berjalan menghampiri Shyina kemudian berlutut di depan istrinya itu.

"Kenapa diem aja?" Tanya Pak Arkan.

"Nggak papa. Nggak kerasa ya, adek bayinya bentar lagi keluar" jawab Shyina.

"Kata dokter kemaren 2 minggu lagi kan, ya?"

"Hmm. Antara 1-2 minggu lagi. Tapi aku kok tiba-tiba takut, ya" ujar Shyina sambil memainkan tangan Pak Arkan yang ada di atas pahanya.

"Takut kenapa?"

"Ya takut ngelahirin. Kalo misal nanti antara aku sama adek ada yang harus di selametin, kamu pilih ad-"

"Shuutt. Jangan ngomong gitu"

Pak Arkan berdiri kemudian menangkup wajah Shyina "Dengerin aku. Kamu kan rutin kontrol kandungan ke dokter. Dan dokter juga nggak pernah ngomong kalo ada masalah sama kandungan kamu. Jadi nggak usah mikir yang aneh-aneh lagi. Mikir yang positif aja, ya? Biar kamu nggak stress" kata Pak Arkan.

Shyina menganggukkan kepalanya.

"Mau tau nggak, gimana caranya supaya lahiran kamu nanti lancar?" Tanya Pak Arkan.

"Gimana?"

"Kamu harus sering ngasih aku jatah"

Shyina langsung memukul tangan Pak Arkan "Kamu itu, istrinya lagi takut malah sibuk ngurusin jatah!" Ucapnya.

"Kan dokter sendiri yang ngomong. Kalo udah deket lahiran, di sarankan untuk sering berhubungan badan. Biar jalan lahirnya nanti cepet kebuka"

"Sok tau!" Ujar Shyina galak.

"Sok tau gimana? Orang dokter sendiri yang ngomong gitu"

"Terserah kamu"

"Berarti, boleh?" Tanya Pak Arkan.

"Enggak"

"Yaudah, nanti buka aja sendiri jalannya"

"Ya emang kebuka sendiri" jawab Shyina sambil tertawa.

"Bukannya di gunting?" Tanya Pak Arkan dengan polosnya.

"Ya enggak. Tapi ada juga sih, yang di gunting. Kalo misal adek bayinya gede terus jalan lahirnya nggak cukup, ya terpaksa harus di gunting"

"Terus habis di gunting, di jahit apa di biarin gitu aja?"

"Ya di jahit, dong. Masa di biarin kebuka gitu"

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang