BAB 76

8.5K 573 54
                                    

Pencet bintangnya dulu baru lanjut baca. Biar kita sama-sama enak, ogheyy?

~HAPPY READING~

Shyina sekarang sedang dongkol dengan Pak Arkan karena suaminya itu sangat keras kepala. Bagaimana tidak, dia selalu merengek supaya Shyina memperbolehkannya untuk ikut ke kantin. Shyina sudah sangat lapar karena dia belum makan sedari datang ke rumah sakit tadi. Maka dari itu, dia berniat untuk ke kantin dan membeli makanan disana.

"Disini aja. Aku juga cuma beli roti sebentar, habis itu balik lagi" ujar Shyina.

"Enggak. Aku ikut!"

Shyina memejamkan matanya. Dia berusaha mengontrol emosinya supaya tidak memarahi Pak Arkan sekarang.

"Ini udah malem. Badan kamu juga masih lemes gini. Nanti kalo dimarahin dokter, gimana?" Tanya Shyina halus.

Shyina jadi teringat akan mimpinya, dimana dokter memarahi Mama Bida karena membawanya keluar dari ruang rawat. Shyina takut kalau dokter juga akan memarahinya karena membawa Pak Arkan keluar malam-malam seperti ini.

"Nanti kalo dia marahin aku, aku marahin balik"

"Kenapa keras kepala banget, sih?" Geram Shyina.

"Kalo lunak namanya jelly" gumam Pak Arkan.

Setelah melewati perdebatan yang sangat berguna itu, Shyina akhirnya memperbolehkan Pak Arkan untuk ikut ke kantin bersamanya. Dengan syarat Pak Arkan harus mau menggunakan kursi roda.

Awalnya Pak Arkan bersi kukuh untuk tetap menolak. Tapi setelah ancaman Shyina keluar, akhirnya Pak Arkan menyetujui permintaan istrinya itu, walaupun terpaksa. Shyina hanya tidak mau suami keras kepalanya itu kelelahan, dan berakhir dengan kondisinya yang semakin menurun.

Shyina keluar dari ruangan Pak Arkan untuk mencari kursi roda. Setelah dapat, dia kembali masuk ke ruang rawat dan membantu Pak Arkan untuk duduk diatas kursi rodanya.

Pak Arkan mendongakkan kepalanya sembari menatap Shyina lesu "Sayang. Aku jalan aja, ya?" Ujarnya.

Shyina menatap Pak Arkan tajam "Diem kalo mau ikut!" Jawab Shyina.

Shyina mulai mendorong kursi roda Pak Arkan keluar dari ruang rawat. Sebenarnya Shyina sedikit kesulitan karena perut besarnya. Selain itu, nafasnya juga sering engap jika digunakan untuk berjalan jauh. Ditambah sekarang, dia harus mendorong Pak Arkan untuk berkeliling mencari kantin.

"Berat, sayang?" Tanya Pak Arkan yang mendengar nafas tidak teratur Shyina.

"Kamu sih, banyak dosa. Jadi berat gini kan, badannya" jawab Shyina.

Bagaimana tidak berat, tubuh Pak Arkan dengan Shyina berbeda jauh. Meskipun sekarang tubuh Pak Arkan sedikit kurus, tapi tetap saja tubuh Pak Arkan itu sangat berat. Selain itu, kondisi jalan didepannya saat ini sedikit menanjak. Jadi Shyina harus menggunakan kekuatan ekstra.

"Namanya manusia ya wajar kalo banyak dosa. Kalo nggak punya dosa namanya malaikat" kata Pak Arkan.

"Nggak usah jawab terus, bisa?!" Ketus Shyina.

Melihat Shyina yang kelelahan seperti itu membuat Pak Arkan langsung menurunkan kakinya sehingga membuat kursi rodanya berhenti. Shyina yang terkejut langsung saja mengintip kedepan Pak Arkan. Dan ternyata kaki suaminya itu sudah menapak diatas lantai.

"Kaki kamu jangan gitu. Aku susah dorongnya"

Pak Arkan berdiri, kemudian berjalan ke sebelah Shyina. Shyina hanya diam sembari menatap lurus kedepan. Dia takut kalau suaminya itu kerasukan arwah penunggu rumah sakit disini.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang