BAB 59

6.8K 432 111
                                    

Nih, udah cepet kan up nya. Awas aja kalo sepi.
Seneng banget tau nggak, komennya rame gitu 😭😭
Jadi semangat ngetiknya kan kalo gini.

~HAPPY READING~

"Mau kemana, Ar?" Tanya mama Bida waktu melihat Pak Arkan yang sedang menuruni tangga.

"Mau beli cendol. Mama mau juga nggak?"

"Mama mau nitip rujak buah boleh nggak? Tiba-tiba mama pengen makan yang asem-asem"

Pak Arkan membelalakkan matanya "mama nggak lagi ngidam kan?" Tanyanya.

"Kenapa tanya gitu?"

"Kan kalo lagi ngidam biasanya pengen yang asem-asem"

"Kamu kira orang ngidam aja yang boleh makan gitu?"

"Mama nggak boleh hamil lagi pokoknya. Arkan nggak mau tau" ujar Pak Arkan sambil berjalan menuju pintu.

"Kalo udah terlanjur, gimana?"

"Nggak gimana-gimana"

"Berarti kamu setuju?"

"Kapan Arkan bilang setuju?"

"Nanti kalo adek bayinya udah lahir pasti kamu setuju"

"Sekali enggak tetap enggak" ucap Pak Arkan sebelum keluar dari rumahnya.
..........

Pak Arkan sudah sampai ditempat penjual rujak buah. Karena antrian panjang, jadi Pak Arkan menunggu sambil duduk.

Sebelumnya, Pak Arkan sudah memesan rujaknya terlebih dahulu. Jadi tinggal menunggu pesanannya siap.

Waktu Pak Arkan sibuk main handphone, tiba-tiba datang seorang perempuan. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk didepan Pak Arkan.

"Arkan, ngapain disini?" Tanya wanita itu.

Pak Arkan mendongakkan kepalanya, lalu melepas kacamata hitam yang sedari tadi ia kenakan.

"Menurut kamu?" Jawab Pak Arkan dingin.

"Bego banget ya aku. Udah tau mau beli rujak masih aja tanya" ucap wanita itu sambil tertawa.

Pak Arkan menatapnya datar, lalu kembali memainkan handphonenya.

"Eumm Arkan. Maaf ya kalo selama ini aku masih suka ngejar-ngejar kamu" ujar wanita itu tiba-tiba.

Pak Arkan hanya menatap wanita itu datar, tanpa ada niat untuk menanggapi ucapannya. Dia masih menunggu apa yang akan diucapkan wanita itu selanjutnya.

"Aku salah karena dulu udah nyia-nyiain cowo sebaik dan setulus kamu. Kalo ditanya nyesel, pasti nyesel. Banget malahan. Tapi sekarang aku sadar, kamu memang bukan takdir aku. Jadi maaf kalo selama ini udah bikin kamu risih sama kelakuan aku"

"Saya sudah memaafkan semuanya. Jadi kamu nggak usah mengungkit-ungkit masa lalu" ucap Pak Arkan.

"Makasih ya, udah mau maafin aku" kata Raya.

"Saya bisa memaafkan, tapi tidak untuk melupakan"

"Iya, aku tau. Kamu mau maafin aku aja udah bikin aku sedikit lega" ujar Raya sambil tersenyum.

"Oh ya. Aku juga minta maaf soal anak aku yang tiba-tiba manggil kamu papa"

Pak Arkan jadi teringat kejadian waktu disupermarket, dimana ada anak kecil yang tiba-tiba memanggilnya papa. Untung saja waktu itu Shyina tidak ikut. Kalau dia ikut, pasti akan ada perang dunia ke-3.

"Kenapa anak kamu tiba-tiba manggil saya papa?" Tanya Pak Arkan.

"Mungkin kamu mirip sama mantan suami aku, jadi dia manggil kamu papa" jawab Raya.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang