BAB 44

7.7K 406 13
                                    

Bintangnya jangan lupa dipencet

~HAPPY READING~

Pak Arkan sudah sampai dikantor. Dia masuk dengan terburu-buru karena setelah ini akan ada meeting dengan client yang sangat penting. Pak Arkan merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya dia melupakan hal sepenting itu.

"Rian, apa semua sudah siap?" Tanya Pak Arkan khawatir.

"Tinggal sedikit lagi, pak. Tapi laporannya sudah saya kirim ke e-mail bapak" jawab Rian.

Pak Arkan sedikit lega mendengar perkataan Rian. Beruntung Pak Arkan memiliki sekertaris yang cekatan seperti Rian.

Sebenarnya tadi Pak Arkan sudah mengabari Rian untuk segera membuat laporan. Jadi nanti Pak Arkan tinggal memeriksa atau bahkan menyelesaikan laporannya jika waktu masih memungkinkan.

"Yasudah, kalau begitu saya masuk dulu. Sebelumnya terima kasih karena kamu sudah membantu saya" ucap Pak Arkan.

"Sama-sama, pak"

Pak Arkan bukanlah tipe orang yang arogan. Dia akan berterima kasih kepada siapapun juga, jika orang itu telah membantu Pak Arkan.

Pak Arkan langsung masuk ke dalam ruangannya, kemudian membuka laptop untuk memeriksa e-mail yang dikirim oleh Rian. Dia melihat kearah jam tangan. Masih ada waktu 1 jam lagi untuk bertemu dengan clientnya itu. Dan tidak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan Pak Arkan.

"Masuk" sahut Pak Arkan dari dalam.

Pintu mulai terbuka dan menampilkan Rian yang sedang berdiri di depan sana.

"Ada apa?" Tanya Pak Arkan.

"Pak Deva mengubah tempat pertemuan kita, pak. Dia mengajak bertemu di mall XXX" jawab Rian yang sudah berdiri di depan Pak Arkan.

"Bilang sama dia, saya setuju untuk bertemu di mall XXX"

"Baik, pak. Kalau begitu saya permisi dulu"

Pak Arkan menganggukkan kepalanya. Setelah itu Rian keluar dari ruangan Pak Arkan.
......

09.00

Pak Arkan dan Rian sudah sampai di mall XXX. Mereka sedang menunggu Pak Deva untuk membahas kerja sama yang akan dilakukan.

Setelah beberapa menit menunggu, dari kejauhan Pak Arkan melihat seorang lelaki yang berjalan kearahnya dengan memakai setelan baju kantor bersama sekertaris perempuannya. Yang ia yakini itu adalah Pak Deva, partner kerja sama yang dari tadi ia tunggu.

"Selamat pagi, Pak Deva" ujar Pak Arkan sambil menjabat tangan Pak Deva.

"Selamat pagi, Pak Arkan. Sudah lama menunggu?" Tanya Pak Deva balik.

"Lumayan"

"Baiklah. Kalau begitu, mari kita bicarakan proyek yang akan kita tangani" ujar Pak Deva.

Pak Arkan belum melihat siapa perempuan yang sedang bersama Pak Deva saat ini. Karena sedari tadi ia masih fokus dengan lelaki didepannya.

Sedangkan sekertaris Pak Deva, sedari tadi pandangannya tidak lepas dari wajah Pak Arkan. Seperti seseorang yang sedang mengagumi lawan jenisnya.

Setelah kurang lebih 1 jam mereka membahas kontrak kerja sama, akhirnya Pak Deva pamit untuk kembali ke kantor.

Sebelumnya Rian sudah kembali ke kantor karena disana ada sedikit masalah.

"Baik, Pak Arkan. Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih atas waktunya" ujar Pak Deva sambil berdiri lalu menjabat tangan Pak Arkan.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang