BAB 47

8.2K 398 11
                                    

Ada yang nunggu cerita ini kambek?

~HAPPY READING~

Pak Arkan sama Shyina sedang berada didepan warung mie ayam yang dulu pernah mereka kunjungi. Sebenarnya Shyina masih belum lapar. Tapi Pak Arkan sedari tadi terus saja memaksa Shyina supaya makan terlebih dahulu sebelum mereka ke supermarket.

"Kok aku kaya nggak asing ya sama tempat ini?" Ujar Shyina yang masih berada didalam mobil.

"Kan kita dulu pernah kesini" jawab Pak Arkan.

"Emang iya?"

Pak Arkan menganggukkan kepalanya "yang kamu ngomong "saya mau bantuin asalkan Pak Arkan yang jualan mie ayamnya"" kata Pak Arkan menirukan gaya bicara Shyina.

"Kok kamu inget?"

"Aku masih muda dan otak aku masih sehat. Masa cuma gitu aja nggak inget"

"Aku aja udah lupa"

"Kamu kebanyakan makan berutu ayam. Mangkanya jadi pelupa"

Shyina menatap Pak Arkan tajam "sembarangan kalo ngomong" ujarnya.

"Becanda. Gitu aja baper"

Shyina melirik Pak Arkan sekilas, lalu membuang wajahnya supaya tidak menghadap Pak Arkan. Rasanya sekarang ini dia sangat malas untuk menatap wajah suaminya yang menyebalkan itu.

"Ayo turun" ajak Pak Arkan.

Shyina tidak menghiraukan ajakan Pak Arkan. Dia tetap menghadap kearah jendela dan melihat orang-orang yang sedang memakan mie ayam didalam warung yang berada disampingnya saat ini.

Jangankan melihat wajah Pak Arkan, mendengar suaranya saja sudah membuat Shyina ingin marah. Entah kenapa, moodnya tiba-tiba menjadi buruk setelah mendengar ucapan Pak Arkan tadi.

"Na" panggil Pak Arkan.

"Hmm" jawab Shyina tanpa melihat Pak Arkan.

"Ayo turun, kita makan dulu"

"Enggak"

"Hadap sini coba kalo ngomong. Masa aku dipunggungin gitu"

"Nggak mau. Kalo kamu mau turun, turun aja sendiri" ucap Shyina datar.

"Kalo ngomong hadap sini. Nggak sopan kaya gitu" ujar Pak Arkan dengan nada tegas.

Shyina memutar bola matanya malas, setelah itu menolehkan kepalanya menghadap Pak Arkan.

"Apa?" Tanya Shyina.

"Kenapa?" Tanya Pak Arkan balik.

"Nggak papa"

"Ngambek?"

"Enggak"

"Bohong. Kalo nggak ngambek kenapa munggungin aku gitu?"

"Serah saya dong. Punggung punggung saya, nggak minjem punggung anda"

"Tuh kan. Kelihatan banget ngambeknya" kata Pak Arkan.

"Diem! Aku lagi males denger suara kamu" ujar Shyina yang membuat hati Pak Arkan mencelos.

"Ya terus aku gimana ngomongnya? Masa pake bahasa isyarat?" Tanya Pak Arkan dengan wajah yang sedikit kebingungan.

Terkadang, Pak Arkan sangat kerepotan menghadapi Shyina yang moodnya suka nggak jelas. Yang awalnya bercanda sama Pak Arkan, tiba-tiba menyuruh Pak Arkan menjauh dan tidak menemui Shyina untuk beberapa waktu.

Tapi akhirnya Shyina juga yang akan merengek kepada Pak Arkan untuk segera menemui dia.

"Kan kamu ada HP. Yaudah manfaatin itu" ketus Shyina.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang