BAB 82

16.3K 542 50
                                    

Ada yang nunggu saya up?

~HAPPY READING~

"Begini, pak. Karena istri bapak tidak memiliki masalah yang serius pada kandungannya, jadi dia bisa melahirkan secara normal. Hanya saja kita perlu menunggu bukaannya lengkap terlebih dahulu"

Pak Arkan memejamkan matanya sejenak. Dia bisa bernafas lega setelah mengetahui bahwa Shyina bisa melahirkan secara normal.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Istri bapak sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat. Dan bapak bisa menjenguknya di sana"

"Baik, dok. Terima kasih banyak" ujar Pak Arkan.

"Sama-sama, pak. Saya permisi dulu"

Pak Arkan menganggukkan kepalanya.

Tidak lama kemudian, terlihat beberapa perawat yang membuka pintu UGD dan membawa Shyina keluar dari sana. Pak Arkan yang baru saja duduk langsung berdiri kembali untuk menghampiri Shyina dan menggenggam tangannya.

"Maaf, pak. Mohon mengurus administrasi terlebih dahulu. Sementara kami akan membawa istri bapak ke ruang rawat" kata salah seorang perawat.

Pak Arkan mencium tangan Shyina yang menggenggam erat tangannya "Sebentar, ya. Aku urus administrasinya dulu" ujar Pak Arkan yang di angguki oleh Shyina.

Setelah selesai mengurus administrasi Shyina tadi, Pak Arkan langsung menuju ruang rawat Shyina. Dia membuka pintu dan terlihat Shyina yang sedang memejamkan matanya dengan kernyitan samar di dahinya. Tanpa menunggu lama, Pak Arkan langsung saja berjalan menghampiri istrinya itu.

"Sayang" panggil Pak Arkan.

Shyina membuka matanya kemudian tersenyum tipis. Kontraksinya sekarang memang sedang berhenti. Jadi Shyina tidak merasa sakit di perutnya.

Pak Arkan duduk di sebelah Shyina kemudian menggenggam tangan istrinya itu "Perutnya masih sakit?" Tanya Pak Arkan khawatir.

Shyina menggeleng pelan "Orang tua aku udah kamu kabarin?" Tanyanya.

"Belum. Mama juga belum. Tadi mau ngabarin tapi keburu dokternya keluar dari UGD, jadinya lupa. Habis ini biar aku kabarin"

"Besok aja, jangan sekarang. Nanti mereka panik. Lagian ini udah malem"

"Iya"

Pak Arkan menatap mata Shyina dalam, kemudian mencium tangan Shyina yang sedari tadi dia genggam. Seakan memberi kekuatan kepada istrinya yang sedang berjuang itu.

"Adek bayinya nggak bisa diem, tau. Muter mulu dari tadi" keluh Shyina dengan tangan yang aktif mengusap perut buncitnya.

"Mungkin dia lagi cari jalan keluar. Lagian kamu, kemaren di bantuin malah nggak mau"

Shyina mengerutkan dahinya "Bantu apa?" Tanya Shyina.

"Ya siapa tau kalo kamu ngasih aku jatah, adek bayinya gampang waktu keluar. Nggak perlu muter-muter kaya gini" jawab Pak Arkan yang ikut serta mengelus perut istrinya itu.

Shyina memukul tangan Pak Arkan "Ya nggak gitu konsepnya. Mau tiap detik berhubungan badan, yang namanya mau lahiran ya sama aja rasanya" ujar Shyina.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang