BAB 36

10.4K 525 14
                                    

Harus tetap setrong meskipun nggak disemangatin readers 💪

~HAPPY READING~

Pagi-pagi sekali, Pak Arkan sudah kembali lagi ke rumah Shyina karena mendapat kabar bahwa Shyina terus muntah sedari petang tadi. Pak Arkan langsung berangkat ke sana setelah mendapat telfon dari ibu mertuanya. Sebenarnya Pak Arkan masih sangat mengantuk. Tapi dia tidak memperdulikan dirinya karena yang terpenting saat ini adalah Shyina.

"Assalamu'alaikum" ucap Pak Arkan.

"Wa'alaikumsalam. Shyina di kamarnya, Ar. Dari tadi muntah terus. Kamu samperin, gih" jawab ibunya Shyina yang baru keluar dari dalam rumah.

"Iya, buk. Arkan permisi"

Pak Arkan segera masuk dan berjalan menuju kamar Shyina. Di sana terlihat Shyina yang sedang duduk bersandar pada sandaran ranjang. Pak Arkan menghampiri Shyina kemudian duduk di sebelah istrinya itu.

"Kamu kenapa, sayang?" Tanya Pak Arkan sembari menggenggam tangan Shyina.

Shyina membuka matanya perlahan. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Tubuhnya terlalu lemah walau hanya sekedar untuk berbicara.

"Shyina muntah terus dari tadi. Mungkin karena dia begadang tadi malem, jadi masuk angin. Semalem ibuk suruh makan juga nggak mau" sahut ibunya Shyina yang sudah berdiri di belakang Pak Arkan.

Pak Arkan menatap Shyina dengan tatapan kecewa. Dia ingin memarahi Shyina sebenarnya. Tapi kondisi yang tidak memungkinkan membuat Pak Arkan mengurungkan niatnya itu.

"Sekarang makan dulu, ya? Biar perut kamu ada isinya" ujar Pak Arkan.

Shyina menggelengkan kepalanya "Nggak mau. Aku mual kalo makan" jawab Shyina pelan.

"Dipaksa, sayang. Biar perutnya nggak sakit"

Belum sempat menjawab, Shyina kembali menutup mulutnya dan berlari menuju kamar mandi. Dia kembali muntah untuk yang kesekian kalinya. Pak Arkan segera berlari menyusul Shyina kemudian memijit tengkuk istrinya itu.

"Keluarin semua. Biar perut kamu nggak sakit"

Setelah merasa mulanya sedikit berkurang, Shyina membalikkan tubuhnya menghadap Pak Arkan. Pak Arkan reflek memeluk Shyina karena tubuh istrinya itu hampir saja roboh.

"Udah?"

Shyina menganggukkan kepalanya.

Pak Arkan menuntun Shyina untuk kembali ke kamar dan mendudukkannya di ranjang. Pak Arkan memeluk tubuh Shyina karena istrinya itu terlihat sangat lemas setelah muntah-muntah tadi.

"Apanya yang sakit, sayang?" Tanya Pak Arkan dengan tangan yang aktif memijit tengkuk Shyina.

"Perut aku mual. Kepalanya juga pusing"

"Mau ke rumah sakit?"

Shyina menggelengkan kepalanya "Nggak usah. Paling cuma masuk angin" jawabnya.

"Makan dulu, ya?"

Shyina menggelengkan kepalanya.

"Yaudah. Sekarang mau apa?" Tanya Pak Arkan sembari mengusap rambut Shyina yang berantakan.

Shyina memeluk pinggang Pak Arkan erat "Mau kamu" gumamnya.

"Aku di sini, sayang. Makan bubur, ya? Biar aku beliin"

Shyina hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya.

"Terus mau apa?"

"Mau pulang"

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang