BAB 53

7.7K 460 13
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya cantik :)

Btw aku ada cerita baru nih. Mau di publish sekarang apa nanti nunggu Pak Arkannya tamat?
Dijawab ya bestie, biar aku tau kudu ngapain huhuhu.

~HAPPY READING~

Pak Arkan benar-benar menepati janjinya kepada Shyina untuk berkunjung kerumah mama Bida. Ia rela kembali pulang kerumah hanya supaya Shyina tidak marah. Padahal, baru 2 jam yang lalu Pak Arkan berangkat kekantor.

Sebenarnya, sebentar lagi Pak Arkan ada meeting dengan klient yang lumayan penting. Tapi Pak Arkan terpaksa meminta Rian untuk menggantikannya karena dia tidak mau membuat Shyina kecewa.

Shyina sudah siap dengan dress hamil yang kemarin ia beli bersama Pak Arkan. Sekarang dia sedang menunggu suaminya pulang sambil memakan melon yang tadi pagi disiapkan Pak Arkan.

"Makan mulu si" ujar Pak Arkan yang baru masuk rumah dan memeluk leher Shyina dari belakang.

Shyina sedang duduk diruang tengah dengan posisi membelakangi pintu. Jadi dia nggak tau kalau Pak Arkan sudah pulang.

"Astaghfirullah. Kamu jangan bikin kaget bisa nggak?"

"Yang bikin kaget siapa. Aku tadi udah ngucapin salam, tapi kamu nggak jawab"

"Aku nggak denger"

"Gimana mau denger, volume TV nya aja udah ngalahin bioskop gini" kata Pak Arkan.

"Nggak seru kalo nggak ada suaranya"

"Kok bajunya dipake?" Tanya Pak Arkan yang baru menyadari kalau Shyina memakai baju yang dia beli semalam.

"Ya kalo nggak dipake mau diapain? Digoreng?" Tanya Shyina emosi.

"Maksud aku, ini kan belum dicuci. Masa udah dipake si?"

Shyina menolehkan kepalanya "ribet banget si kamu. Ketimbang baju nggak dicuci doang. Lagian aku pake daleman" jawab Shyina.

"Mana lihat"

Shyina menatap Pak Arkan tajam "bukan tontonan. Jadi kamu nggak perlu lihat" ujar Shyina.

"Jangan salah. Itu tontonan favorit aku tau"

"Jangan mesum sehari aja bisa nggak?"

"Nggak bisa kalo sama kamu"

Pak Arkan berpindah kedepan, dan duduk disebelah Shyina sambil sesekali mengelus perut buncit istrinya.

"Kandungan kamu udah 5 bulan ya?" Tanya Pak Arkan.

"Hmm" jawab Shyina yang masih fokus ke televisi didepannya.

"Aku boleh buka puasa dong?"

Shyina menoleh ke Pak Arkan "kamu puasa? Kok nggak bilang? Kan kalo bilang tadi aku bisa siapin sahur" ucap Shyina dengan polosnya.

Pak Arkan menghela nafas pelan. Dia sangat frustasi jika penyakit ngang ngong ngeng ngongnya Shyina sudah kambuh.

"Puasa aku bukan cuma tadi. Tapi udah 4 bulan terakhir ini sayang"

"Puasa apa kok lama banget?"

"Puasa nggak ngasih kamu nafkah batin" ujar Pak Arkan masih berusaha sabar dengan kelemotan istrinya.

"Nafkah batin?"

Shyina berfikir sebentar, dan baru mengingat kalau puasa yang dimaksud Pak Arkan adalah puasa dari kegiatan yang sangat-sangat diinginkan oleh Pak Arkan.

Terkadang, Shyina juga kasihan melihat Pak Arkan yang harus mandiri karena ulahnya. Bagaimana tidak, Shyina selalu tidur dengan memakai tanktop dan celana pendek. Laki-laki mana yang tahan kalau istrinya berpakaian seperti itu didepannya. Alhasil, Pak Arkan harus pergi kekamar mandi dan menyelesaikan kegiatannya seorang diri.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang