Udah nggak ada yang exited lagi ya kayanya :)
Padahal aku up part sebelumnya waktu pulang kampung. Udah bela-belain keliling buat cari sinyal. Nggak taunya malah sepi :)
~HAPPY READING~
Suasana di kediaman keluarga Pratama pagi ini terlihat kalang kabut karena tangisan Kiara. Entah kenapa bayi itu sangat rewel semenjak pagi tadi.
Tangisannya sempat berhenti sebentar waktu dia berada dalam gendongan Pak Arkan. Tapi kembali terdengar setelah Pak Arkan meninggalkannya untuk mandi.
Kalau biasanya dia akan diam bersama Shyina, tapi tidak untuk saat ini. Bayi itu masih tetap menangis, bahkan tubuh mungilnya tidak bisa diam waktu Shyina menggendongnya tadi.
Sekarang Kiara berada dalam gendongan mama Bida. Dia sudah menenangkannya sedari tadi. Tapi usahanya itu seperti tidak membuahkan hasil.
"Om Arkan masih mandi sayang, habis ini digendong lagi ya" ujar mama Bida sembari menimang Kiara.
Bukannya diam, Kiara malah semakin menangis. Semua sudah mencoba menenangkannya, tapi bayi itu masih tidak mau menghentikan tangisannya.
Tidak lama kemudian, terlihat Pak Arkan yang sedang berjalan menuruni tangga dengan menggunakan hoodie hitam dan celana putih, juga rambut basah yang masih berantakan khas orang selesai mandi.
"Sini sama om Arkan" ujar Pak Arkan sambil mengambil alih Kiara dari tangan mama Bida.
"Lama banget sih, Ar. Udah tau Kiara cuma mau digendong sama kamu" omel mama Bida.
"Perut Arkan mules ma"
Ajaibnya, Kiara langsung terdiam. Bahkan sebelum Pak Arkan menggendongnya. Bayi itu langsung menghentikan tangisannya saat melihat Pak Arkan sedang menuruni tangga.
"Malah ketawa. Seneng ya, digendong sama om Arkan?" Tanya mama Bida yang dibalas dengan cengiran oleh Kiara.
"Siapa sih yang nggak seneng kalo digendong sama orang ganteng kaya Arkan" ucap Pak Arkan.
"Mama" sahut mama Bida.
"Emang Arkan mau gendong mama?" Ujar Pak Arkan tengil.
"Untung mama sabar loh Ar. Kalo enggak, kamu udah mama kutuk jadi batu"
"Kalo ngutuk jangan jadi batu dong ma. Kutuk Arkan jadi anak sholeh, gitu"
"Yaudah, mama mau cari suami yang namanya Sholeh aja. Biar kamu jadi anak Sholeh" kata mama Bida santai.
"Wahh. Cepuin ke papa nih" ancam Pak Arkan.
"Cepuin aja. Papa kamu juga nggak bakal marah"
"Bisa-bisanya papa nggak marah. Arkan aja marah kalo Shyina ngomong mau cari suami lagi"
"Beruntung kan mama, punya suami yang nggak cemburuan kaya papa" kata mama Bida.
"Lebih beruntung Shyina, punya suami yang baik hati dan sabar kaya Arkan"
"Terserah kamu deh Ar. Mama cape" ucap mama Bida sambil berjalan kerarah dapur.
Pak Arkan berjalan kearah sofa, dan mendudukkan dirinya disebelah Shyina yang sedang menyender. Dia menatap Shyina sedikit khawatir. Pasalnya, Shyina yang biasanya hyperaktif jadi tiba-tiba diam seperti ini.
"Kenapa?" Tanya Pak Arkan.
"Nggak papa" jawab Shyina singkat.
"Kok diem aja?"
"Lagi pengen diem. Kamu jadi nganter Kiara?"
"Iya, habis ini"
"Kalo kamu anter dia kesana, nanti siapa yang jagain? Kan mama papanya lagi sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arkan Is My Husband [End]
Humor[Belum di revisi] Ini adalah kisah dari Shyina Syabira, si gadis galak dan emosian yang dipertemukan dengan Arkan Ardi Pratama, manusia es batu yang sangat menyebalkan. Pertemuan mereka berawal dari Pak Arkan yang datang ke toko SHYN'S BAKERY untuk...