BAB 28

10.8K 526 5
                                    

Udah vote? Kalo udah, mari kita lanjutkan

~HAPPY READING~

Di hotel, Shyina terlihat melamun sembari menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan indah pantai di malam hari. Dia masih memikirkan perkataan Mama Bida tadi. Apakah dirinya harus memberikan hak Pak Arkan sekarang?

"Ngapain berdiri disini, hm?"

Shyina menoleh karena merasa ada yang memeluk perutnya dari belakang. Dan terlihat Pak Arkan sedang menumpukan dagunya di pundak Shyina.

"Nggak papa. Pingin aja" jawab Shyina.

"Kamu kenapa? Ada masalah?"

"Enggak"

"Tadi ngobrolin apa sama mama?" Tanya Pak Arkan penasaran. Pasalnya, sejak pulang dari jalan-jalan tadi Shyina menjadi lebih banyak diam.

"Nggak ngobrolin apa-apa"

"Jangan bohong. Kamu pasti ngobrolin sesuatu yang ngebuat kamu jadi kepikiran"

Shyina menggenggam tangan Pak Arkan yang melingkar di perutnya "Aku jahat banget ya, sampe nggak mau ngasih hak kamu sebagai suami aku?" Tanya Shyina dengan pandangan lurus ke depan.

Pak Arkan memutar tubuh Shyina sehingga gadis itu saat ini menghadap kearahnya. Seketika Pak Arkan terkejut karena melihat pipi Shyina yang sudah basah karena air mata.

"Kenapa nangis?" 

"Maafin aku karena nggak bisa jadi istri yang baik buat kamu" jawab Shyina sembari menundukkan kepalanya.

Pak Arkan langsung memeluk tubuh Shyina supaya istrinya itu bisa sedikit tenang. Sebenarnya Pak Arkan juga penasaran, apa alasan Shyina sehingga tiba-tiba menangis seperti ini.

"Shuttt.. jangan ngomong gitu. Kamu udah jadi istri yang baik buat aku" ujar Pak Arkan sembari mengusap punggung Shyina.

"Enggak. Aku jahat karena nggak ngasih hak kamu sebagai suami aku"

"Kamu ngomong apa, sih? Hak apa?"

"Hak kamu sebagai suami aku"

Pak Arkan faham dengan maksud Shyina. Dia melepaskan pelukannya pada tubuh Shyina kemudian menangkup wajah istrinya yang sudah memerah itu.

"Sayang, lihat aku. Aku nggak bakal maksa kamu. Aku kan udah bilang kalo aku akan nunggu kamu sampe siap. Jadi nggak usah dipikirin lagi" ucap Pak Arkan sambil mengusap air mata Shyina.

"Kamu jangan bohong. Kamu ngomong gini cuma karena nggak enak sama aku, kan?"

"Dengerin aku. Aku mau lakuin kalo kamu udah bener-bener siap. Aku nggak mau kamu ngelayanin aku karena terpaksa. Itu sama aja dengan aku nyiksa kamu" ujar Pak Arkan tulus.

"Maafin aku"

"Udah, dong. Nggak cape minta maaf terus?"

"Kalo misalnya aku udah siap, apa yang mau kamu lakuin?"

"Kamu udah siap?"

Shyina menggelengkan kepalanya "Aku cuma tanya" jawab Shyina.

"Ya aku mau langsung bikin adonan adek bayinya"

"Heh!! Omongannya!" Ujar Shyina sembari menatap Pak Arkan tajam.

"Kenapa, sih? Tadi kan kamu tanya, yaudah aku jawab jujur"

"Nanti deh ya, aku pikir-pikir dulu"

"Kok nunggu nanti? Kenapa nggak sekarang aja?"

"Nggak boleh, dong. Kalo besok kita pulang terus aku nggak bisa jalan, gimana?" Tanya Shyina.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang