BAB 73

7.5K 558 70
                                    

Maljumnya ditemenin sama Pak Arkan dan Mbak Shyina aja, ya.

Silahkan pencet bintangnya terlebih dahulu. GRATIS kok, nggak disuruh bayar!!!!

~HAPPY READING~

Entah kenapa, pagi ini kondisi Shyina tiba-tiba saja menjadi drop. Padahal kemarin dia baik-baik saja. Bahkan, semalam dia juga sempat pergi jalan-jalan bersama sepupunya. Sedari tadi Shyina tidak berhenti muntah. Dia juga mengeluh kepalanya pusing.

Ibunya Shyina yang kepalang panik langsung saja menelfon Pak Arkan tanpa sepengetahuan anaknya. Karena dia yakin, kalau Shyina tau pasti dia tidak akan mengizinkan untuk menelfon Pak Arkan.

"Ke dokter, ya?" Tawar ibunya Shyina sembari memijit tengkuk putrinya itu.

Shyina menggelengkan kepalanya "Nggak usah. Aku nggak papa" jawabnya pelan.

"Nggak papa gimana? Kamu dari pagi nggak berhenti muntah. Sampe lemes gini badannya"

"Paling cuma masuk angin gara-gara aku keluar tadi malem"

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari ruang tamu. Dan ibunya Shyina yakin itu pasti Pak Arkan.

"Sebentar. Kayanya ada tamu"

Ibunya Shyina segera berjalan menghampiri ruang tamu untuk membuka pintu. Dan benar saja, Pak Arkan sudah berdiri didepan pintu dengan raut wajah khawatir.

"Assalamualaikum, buk" ucap Pak Arkan sembari mencium tangan mertuanya.

"Wa'alaikumsalam. Masuk aja, Shyina dikamar"

Pak Arkan langsung masuk untuk menghampiri Shyina. Sampai dikamar Shyina, dia tidak melihat siapapun disana. Sampai tiba-tiba, dia mendengar suara rintihan seseorang.

"Akhhh.. ibukkk"

Mata Pak Arkan langsung membulat sempurna setelah mengetahui bahwa itu adalah suara Shyina. Laki-laki itu segera menuju ke kamar mandi, karena memang suaranya berasal dari sana.

Pak Arkan menggedor pintu kamar mandi dengan tidak santainya "Shyina. Buka, sayang. Kamu nggak papa, kan?" Tanya Pak Arkan khawatir.

"Pak Arkan, tolong" lirih Shyina dari dalam.

Pak Arkan yang sudah tidak sabar langsung saja membuka paksa pintu kamar mandi. Dan jantungnya seperti berhenti berdetak ketika melihat Shyina yang terduduk lemah didepan wastafel kamar mandi.

"Ya Allah, kamu kenapa?" Ujar Pak Arkan sembari memeluk tubuh Shyina.

"Perut aku sakit"

"Kamu jatuh?"

Shyina hanya menggelengkan kepalanya. Dia merasa sudah tidak memiliki tenaga lagi, walaupun hanya sekedar untuk berbicara.

"Astaghfirullah, Shyina kenapa?!" Tanya ibunya Shyina yang baru saja datang.

"Arkan nggak tau, buk. Tadi Arkan masuk Shyina udah duduk disini" jawab Pak Arkan.

"Perut aku sakit, buk" rintih Shyina dengan tangan yang mengusap perut buncitnya.

"Buk, Arkan bawa Shyina ke rumah sakit dulu, ya" ujar Pak Arkan sembari menggendong tubuh Shyina.

Pak Arkan tidak perduli dengan kondisi tubuhnya yang juga sedang tidak begitu baik sekarang. Yang ada di fikirannya sekarang hanyalah istri dan anaknya.

"Iya, hati-hati. Habis ini ibuk nyusul kesana"

Pak Arkan segera membawa Shyina menuju rumah sakit menggunakan mobil supaya istrinya itu cepat mendapat penanganan. Dijalan, Pak Arkan tidak bisa fokus menyetir karena Shyina yang terus merintih kesakitan. Selain itu, kepalanya juga semakin berdenyut karena mungkin terlalu banyak fikiran.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang