BAB 56

7.8K 458 36
                                    

Assalamu'alaikum semua

Sebelumya, aku mau ngucapin minal aidzin wal Faidzin. Mohon maaf lahir batin 🙏🙏🙏

Mohon maaf kalo selama ini aku ada salah sama kalian semua.

Kalo ada ketikan aku yang bikin kalian tersinggung juga aku minta maaf 🙏🙏

👉Btw  kalo aku minta THR-nya dituangkan dalam vote+coment bole?

~HAPPY READING~

Malam ini, suasana ruang rawat yang ditempati mbak Dinda terlihat sangat ramai. Bagaimana tidak, semua keluarga berada di sana. Termasuk mama Bida dan papa Arya yang baru saja datang.

Mama Bida sama papa Arya sempat pulang, tapi sorenya mendapat kabar kalau mas Al masih hidup. Jadi mereka kembali kesini.

"Kalian kenapa tiba-tiba ada disini?" Tanya papa Arya.

"Tadinya, kita mau ngasih kalian kejutan. Nggak taunya malah kaya gini" jawab mas Al.

"Kejutan yang sebenarnya" sahut Pak Arkan.

"Gimana ceritanya kalian bisa kecelakaan?" Tanya papa Arya.

"Jadi, tadi kan kita rencananya mau naik taxi buat kerumah papa. Tapi udah sejam lebih nggak ada taxi lewat. Dan kebetulan, ada orang yang nawarin tumpangan. Kata dia rumahnya sekomplek sama rumah papa. Yaudah kita ikut aja, daripada ngentang disana sampe malem kan"

"Nah waktu dijalan, kita ngobrol-ngobrol biasa. Dan nggak tau dia ngantuk apa gimana, tiba-tiba oleng dan nabrak pembatas jalan. Setelah itu, aku nggak inget apa-apa lagi. Yang aku inget cuma aku dimasukin kedalam ambulans. Dan ambulans itu langsung bawa aku pergi dari sana"

"Tapi kenapa orang tadi bisa pake jam tangan yang sama kaya punya kamu?" Tanya mama Bida.

"Bukan sama, tapi itu emang punya aku ma. Dia tadi tanya aku beli dimana, terus nyoba jam tangannya. Kata dia kalo cocok mau beli. Gitu"

"Mangkanya, kalo nyetir itu yang fokus. Jangan sambil make jam tangan" omel mama Bida.

"Yang nyetir sambil make jam tangan juga siapa. Orang dia makenya waktu dilampu merah" kata mas Al.

"Mama tadi udah nangisin kamu loh Al. Nggak taunya masih sehat wal afiat gini" ujar mama Bida sambil memegang tangan mas Al.

"Mangkanya jangan overthinking terus"

"Nggak overthinking gimana? Orang dia pake jam tangan sama kaya punya kamu. Postur tubuhnya juga sama kaya kamu. Cuma rambutnya agak pendek"

"Lain kali, pastiin dulu. Jangan tiba-tiba ngambil kesimpulan kaya gitu"

"Heh! Ngambil kesimpulan kaya gitu gimana? Orang yang bilang dokter sendiri. Iya kalo yang bilang Arkan, baru mama nggak percaya"

"Loh. Kok bawa-bawa Arkan sih ma?" Tanya Pak Arkan tidak terima.

"Mama nggak bisa bawa kamu. Kamu berat" ujar mama Bida sambil menatap Pak Arkan.

"Punya mama prik banget. Heran" gumam Pak Arkan.

"Kamu itu, udah bikin mama nangis sekarang bikin mama emosi. Emang anak durhaka kamu Al"

"Mama nggak seneng lihat aku masih hidup?"

"Bukan nggak seneng. Cuma kan air mata mama jadi kebuang sia-sia gara-gara kamu"

"Dimana-mana, orang tua itu seneng kalo anaknya masih hidup. Ini enggak, malah mentingin air mata" ujar mas Al.

"Gimana nggak mentingin air mata, orang air mata mama itu berharga"

"Kata siapa?" Tanya mas Al.

"Kata papa. Iya kan pa?" Ujar mama Bida sambil menatap suaminya.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang