Ada yang kangen Pak Arkan sama Shyina nggak, sih?
~HAPPY READING~
1 tahun kemudian
Aisha sekarang sudah menginjak usia 1 tahun. Bayi kecil itu semakin menggemaskan di usianya yang sekarang. Tidak jarang juga Shyina merasa kerepotan karena mengurus anaknya yang sangat hyper aktif. Pak Arkan sebenarnya sudah menyuruh Shyina untuk menyewa baby sitter untuk Aisha. Tapi Shyina menolak karena dia ingin memberikan perhatian penuh kepada anaknya itu.
Sore ini entah kenapa Aisha menjadi sangat rewel. Dia terus saja menangis sedari tadi. Shyina sendiri sampai kuwalahan menghadapi bayi itu. Kalau biasanya Aisha akan diam setelah minum susu, tapi sekarang tidak. Dia tetap saja menangis. Dan bahkan, botol susunya tadi di lempar hingga susu di dalamnya muncrat ke mana-mana.
"Adek mau apa, sih? Mau di gendong bunda?" Tanya Shyina sambil mengusap kepala anaknya yang sudah basah karena keringat.
Bukannya diam, Aisha malah semakin menangis. Dia terus menendang perut Shyina hingga membuat wanita itu kesakitan.
"Akhh. Perut bunda sakit, dek. Jangan di tendangin gini"
Dan saat itu pula, bertepatan dengan Pak Arkan yang baru masuk ke dalam kamar. Dia masih menenteng tas kerja serta bingkisan kecil yang sepertinya berisi makanan.
"Assalamu'alaikum" ucap Pak Arkan sambil berjalan menghampiri Shyina.
"Wa'alaikumsalam"
"Kenapa? Kok nangis?" Tanya Pak Arkan.
"Nggak tau. Dari tadi rewel banget"
Aisha mendongakkan kepalanya ke atas, masih dengan tangisan yang keluar dari bibir mungilnya. Mungkin karena dia mendengar suara Pak Arkan tadi. Setelah itu dia langsung menyodorkan tangannya ke depan Pak Arkan, seakan meminta ayahnya itu untuk menggendongnya.
"Adek diem dulu kalo mau di gendong sama ayah" ujar Pak Arkan sambil menunjuk Aisha.
Perlahan, tangisan Aisha mulai berhenti. Pak Arkan pun segera menggendong bayi kecil itu dan membawanya untuk duduk di sebelah Shyina. Aisha mengeratkan pelukannya pada tubuh Pak Arkan, seperti tidak mau di tinggal oleh ayahnya.
"Adek kenapa? Kok bisa sampe kaya gini nangisnya?"
"Aku nggak tau. Tadi aku ketiduran sebentar, terus adek bangun dan tiba-tiba nangis. Aku bikinin susu malah botol susunya di buang" jawab Shyina sembari menunjuk lantai yang sudah kotor karena susu Aisha tadi.
"Perutnya kenapa? Sakit?"
Shyina menganggukkan kepalanya "Tadi di tendangin sama Aisha, jadi agak nyeri" ujar Shyina.
Pak Arkan mengusap kepala Aisha pelan "Adek nggak boleh nakal sama bunda. Lihat, bunda perutnya sakit gara-gara di tendangin sama adek tadi. Adek nggak kasian sama bunda?" Tanya Pak Arkan.
Aisha hanya diam tetapi masih sesenggukan dalam pelukan Pak Arkan. Bayi itu memang masih belum bisa berbicara. Tapi dia selalu merespon jika Pak Arkan dan Shyina mengajaknya untuk berbicara.
Pak Arkan menatap Shyina lekat. Wajah istrinya itu terlihat sedikit pucat, mungkin dia kelelahan karena mengurus Aisha. Pak Arkan menggenggam tangan Shyina, kemudian membawa tangan mungil itu ke atas pahanya.
"Muka kamu kenapa pucet banget? Kamu sakit?"
Shyina menggelengkan kepalanya "Enggak. Kamu mau mandi air dingin apa air anget?" Tanya Shyina.
"Nanti biar aku siapin sendiri. Adek udah mandi?"
"Gimana mau mandi, orang dia nangis terus dari tadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arkan Is My Husband [End]
Humor[Belum di revisi] Ini adalah kisah dari Shyina Syabira, si gadis galak dan emosian yang dipertemukan dengan Arkan Ardi Pratama, manusia es batu yang sangat menyebalkan. Pertemuan mereka berawal dari Pak Arkan yang datang ke toko SHYN'S BAKERY untuk...