BAB 80

9K 439 17
                                    

~HAPPY READING~

Terhitung sudah 5 hari lamanya Pak Arkan berada di rumah sakit. Begitu juga dengan Shyina. Wanita itu tidak pernah meninggalkan Pak Arkan untuk pulang walaupun sebentar saja. Dia selalu berada di samping Pak Arkan karena takut jika suaminya itu memerlukan bantuan.

Bukan hanya karena alasan itu saja. Sebenarnya Shyina tidak pernah pulang karena permintaan dari Pak Arkan. Suaminya itu akhir-akhir ini menjadi sangat manja. Di tambah sekarang dia sedang sakit, menjadikan sifat manjanya menjadi dua kali lipat dari biasanya.

Seperti sekarang, Pak Arkan sedang duduk diam di atas brangkar sambil menggenggam tangan Shyina. Dia tidak mengizinkan Shyina pergi kemanapun sedari tadi.

"Lepasin dulu tangannya. Aku mau beresin baju kamu" kata Shyina.

"Bentar lagi mama ke sini. Biar mama aja yang beresin"

Shyina menatap Pak Arkan tajam "Nggak sopan, ih. Masa nyuruh orang tua" ujarnya.

"Enggak nyuruh. Cuma minta tolong"

Mama Bida kemarin tidak jadi ke sini karena tiba-tiba ada urusan mendadak. Padahal Pak Arkan ingin meminta tolong untuk mengambil laptop dan susu ibu hamil milik Shyina di rumahnya. Karena Mama Bida tidak datang ke sini, Pak Arkan pun tidak jadi meminta tolong kepada Mama Bida.

Dan benar saja, tidak lama kemudian pintu ruang rawat Pak Arkan perlahan terbuka menampilkan Mama Bida yang sedang membawa sebuah bungkusan. Sepertinya berisi makanan.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Mau nyebrang apa gimana ini? Kok gandengan tangan" goda Mama Bida sambil berjalan menghampiri brangkar Pak Arkan.

"Tau nih, ma" jawab Shyina.

"Gimana keadaan kamu, Ar?" Tanya Mama Bida.

"Arkan udah baikan, ma. Nanti sore pulang"

Shyina langsung menatap Pak Arkan tajam. Sejak kapan dokter memperbolehkan suaminya itu pulang. Seingat Shyina, sedari pagi hanya ada petugas pengantar makanan yang masuk ke ruangan ini.

"Heh. Kata siapa?" Tanya Shyina.

"Enggak kata siapa-siapa. Aku cuma berdo'a" jawab Pak Arkan santai.

Mama Bida dan Shyina hanya menatap Pak Arkan datar. Mau marah pun sudah telat, karena biasanya dia juga bertingkah seperti ini.

"Kamu itu, Ar. Kapan sifat tengilnya bisa hilang" ujar Mama Bida jengah.

"Emang Arkan tengil?"

Mama Bida menatap Pak Arkan sambil tersenyum paksa "Oh, enggak. Kamu itu nggak tengil. Kamu itu baikkk banget. Saking baiknya sampe-sampe mama pengen jungkir balik karena terlalu seneng punya anak kaya kamu gini" ucapnya.

Pak Arkan hanya menatap Mama Bida datar. Kemudian tatapannya beralih kepada Shyina yang sedang fokus melihat handphonenya.

Udah gede masih nenen~

Pak Arkan langsung menatap Shyina tidak suka karena mendengar suara yang bersumber dari handphone yang di genggam oleh istrinya itu. Pak Arkan merasa bahwa Shyina sedang menyindir dirinya. Padahal sebenarnya Shyina sedang meng-scroll media sosial.

"Kamu nyindir aku?" Tanya Pak Arkan datar.

Shyina mengerutkan keningnya "Nyindir apa?" Ujar Shyina.

"Itu tadi. Udah gede masih nenen udah gede masih nenen. Iya tau kalo aku-"

Shyina membekap mulut Pak Arkan "Shuut. Udah, nggak usah di terusin. Aku nggak lagi nyindir kamu" katanya.

Kemudian pandangan Shyina beralih kepada Mama Bida yang sedang menatapnya dan Pak Arkan bingung. Mungkin Mama Bida sudah jengah dengan kelakuan prik anak dan menantunya itu.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang