BAB 38

10.9K 495 34
                                    

~HAPPY READING~

Sekarang masih pukul 05.00 pagi. Tapi Shyina sudah berada di kamar mandi sejak satu jam yang lalu karena mual. Pak Arkan sampai kerepotan memijit tengkuk Shyina karena perempuan itu tidak berhenti muntah sedari tadi.

"Huekk.."

"Ke rumah sakit ya, sayang?" Tanya Pak Arkan dengan wajah khawatir.

"Nggak us- huekk.."

Setelah merasa mualnya berkurang, Shyina membalikkan tubuhnya dan langsung menyender di dada Pak Arkan. Tenaganya seperti terkuras habis karena muntah dari tadi.

Pak Arkan memeluk tubuh Shyina erat. Dia khawatir melihat wajah Shyina yang pucat setelah muntah-muntah.

"Wajah kamu pucet banget, sayang. Kebrumah sakit, ya?" Tanya Pak Arkan sambil mengusap wajah Shyina.

Shyina hanya menggelengkan kepalanya.

Pak Arkan menuntun Shyina kembali ke kamar, kemudian mendudukkan dia di ranjang.

"Kita ke dokter, ya?" Tanya Pak Arkan halus.

"Nggak usah. Aku nggak papa"

"Nggak papa gimana? Aku khawatir lihat kamu muntah-muntah tiap hari kaya gini"

Shyina tersenyum"Kamu nggak usah khawatir. Aku nggak papa" katanya.

"Enggak. Pokoknya kita harus ke rumah sakit. Sebentar. Aku cuci muka dulu"

Pak Arkan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu dia menghampiri Shyina dan menuntun istrinya itu menuju garasi untuk mengambil mobil.

Di dalam mobil, Shyina hanya diam sembari menyenderkan kepalanya di kaca jendela karena kepalanya terasa sangat pusing.

Pak Arkan memindahkan kepala Shyina supaya bersandar di bahunya "Jangan nyender di situ. Nanti kepala kamu kepentok" ujarnya.

"Kenapa? Kepalanya pusing?" Tanya Pak Arkan.

Shyina hanya menganggukkan kepalanya.

"Tidur aja. Nanti kalo udah sampe aku bangunin"

"Aku nggak ngantuk" ucap Shyina pelan.

"Yaudah, terserah kamu"

"Kita pulang aja, ya? Nggak usah ke rumah sakit" ujar Shyina.

"Kenapa?"

"Aku takut"

"Takut kenapa?"

Shyina mendongakkan kepalanya "Kalo aku disuntik, gimana?" Tanyanya.

"Ya nggak gimana-gimana. Kalo kamu disuntik paling kaya digigit semut" jawab Pak Arkan dengan tangan yang bergerak lihai di atas setir mobil miliknya.

"Omongan kamu kaya guru SD tau, nggak"

"Kalo aku ngomong kaya digigit buaya nanti kamu malah takut"

"Nggak takut. Aku udah sering digigit buaya" kata Shyina.

"Masa?"

"Iya. Kamu kan buaya"

"Sembarangan. Mana ada buaya ganteng kaya aku"

"Ada. Kan, kamu"

"Aku bukan buaya, sayang"

"Terus apa?"

"Aku calon ayah dari anak-anak kamu"
........

Setelah 15 menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka berdua sudah sampai di pelataran rumah sakit. Pak Arkan memarkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang