BAB 72

7.6K 486 75
                                    

Nih, udah lanjut. Jangan marah terus. Kalo kata Pak Arkan "jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang"

~HAPPY READING~

Setelah memberikan Jia kepada orang tuanya, Pak Arkan kembali lagi ke meja yang ditempati oleh Shyina. Dan matanya langsung membulat sempurna ketika melihat seorang laki-laki duduk didepan Shyina sekarang. Dengan perasaan dongkol, dia langsung berjalan cepat menuju Shyina.

Pak Arkan memegang bahu Shyina "Sayang" ucapnya.

Wanita itu menoleh, dan alangkah kagetnya Pak Arkan setelah mengetahui bahwa dia bukanlah Shyina.

"Siapa, ya?" Tanya wanita itu.

Pak Arkan mengangkat tangannya dari bahu wanita itu "Eh. Maaf, mbak. Saya kira istri saya" ujarnya tidak enak.

"Istri mas nya yang tadi duduk disini?" Tanya wanita itu.

"Iya"

"Tadi saya lihat dia jalan keluar, mas"

Pak Arkan menatap kearah luar cafe. Setelah itu, dia kembali menatap kedua orang didepannya.

"Makasih, mbak. Sekali lagi saya mohon maaf" ujar Pak Arkan yang dibalas anggukan oleh wanita itu.

Pak Arkan segera berlari keluar dari cafe untuk mencari keberadaan istrinya. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berharap istrinya itu masih berada disana. Dan benar saja, terlihat Shyina yang sedang duduk menyendiri di sebuah bangku taman. Tanpa menunggu lama, Pak Arkan langsung berlari menghampirinya.

"Sayang, kok aku ditinggal?" Tanya Pak Arkan sembari berjongkok didepan Shyina.

"Ngapain kesini?" Ucap Shyina dingin.

"Nyari kamu. Aku khawatir karena kamu tiba-tiba nggak ada didalem"

Shyina hanya diam. Rasanya sangat malas untuk menanggapi ucapan suaminya sekarang. Apalagi kalau mengingat kejadian yang dia lihat didalam mall tadi. Rasanya dia ingin mencakar wajah Pak Arkan sekarang juga.

Pak Arkan menggenggam tangan Shyina "Kenapa diem aja? Masih marah ya, sama aku?" Tanya Pak Arkan yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Shyina.

"Jia ngira aku papanya karena kata ibu tadi papanya lagi pamit ke kamar mandi. Dan kebetulan bajunya mirip sama yang aku pake sekarang"

"Aku ngomong jujur, nggak bohong sedikitpun" ujar Pak Arkan.

Setelah Pak Arkan mengatakan itu, mereka sempat diam beberapa saat. Pak Arkan tidak ingin memaksa Shyina untuk berbicara dalam kondisi dia sedang emosi seperti sekarang.

"Kamu nggak pengen pulang?" Tanya Pak Arkan.

Shyina hanya menggelengkan kepalanya.

"Nggak kangen sama aku?"

Shyina hanya diam. Bohong kalau dia tidak rindu dengan Pak Arkan. Nyatanya, hampir setiap malam dia menangis sembari memandang handphone yang menampilkan foto suaminya. Dia juga sering menghubungi Mama Bida untuk menanyakan kabar Pak Arkan.

Sebelumnya, Mama Bida sudah pernah datang ke rumah Shyina untuk membujuk menantunya itu supaya mau kembali pulang ke rumah. Tapi Shyina tetep menolak, dengan alasan dia masih rindu dengan orang tuanya.

Mama Bida tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, karena dia ingin supaya Pak Arkan sendiri yang menyelesaikan masalah rumah tangganya. Dia hanya membujuk Shyina, dan menyuruh supaya mereka berbicara dengan kepala dingin terlebih dahulu.

"Kenapa diem?"

"Nggak papa. Kamu kenapa masih disini?" Tanya Shyina.

Pak Arkan tersenyum. Akhirnya Shyina mau juga berbicara dengannya.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang