BAB 34

10.1K 452 6
                                    

Share cerita ini ke temen kalian biar ngebucin bareng

~HAPPY READING~

20.00

Shyina sedang duduk di ruang tengah karena menunggu suaminya yang belum juga pulang sampai sekarang. Tidak biasanya Pak Arkan jam segini masih bekerja. Kalaupun lembur, dia pasti mengabari Shyina.

"Mana sih, Pak Arkan? Kerjaannya bikin orang overthinking terus. Heran" gerutu Shyina.

Shyina kembali lagi ke ruang tamu. Sedari tadi dia terus saja mondar-mandir menunggu Pak Arkan pulang. Dia mengintip di jendela, berharap mobil Pak Arkan sudah terparkir di sana. Tapi nihil. Garasi bahkan halaman rumahnya masih kosong sama seperti tadi. Shyina pun kembali ke ruang tengah masih dengan perasaan cemasnya.

"Tumben sih jam segini belum pulang. Apa iya lagi lembur? Tapi kalo dia lembur kan selalu ngabarin. Gimana kalo misal terjadi apa-apa sama Pak Arkan?"

Shyina segera menggelengkan kepalanya "Astaghfirullah. Gue mikir apa, sih. Jangan nething mulu, Na. Suami lo pasti lagi sibuk. Ya tapi gimana, kalo kondisi kaya gini tuh sulit banget buat mikir positif"

Dia kembali menelfon Pak Arkan, berharap suaminya itu mengangkat telfon darinya. Tapi sama saja, handphone Pak Arkan tetap tidak bisa dihubungi.

Shyina sudah menelfon Mama Bida dan bertanya apakah Pak Arkan berada di rumahnya. Tapi mertuanya itu mengatakan jika dirinya sedang berada di luar, jadi dia tidak tau. Shyina bingung apa yang harus dia lakukan. Mau menelfon Rian, tapi tidak tau nomor handphonenya. Mau ke kantor Pak Arkan, tapi ini sudah malam. Selain itu dia juga tidak tau dimana alamatnya.

"Cepet pulang, sayang. Jangan bikin aku khawatir" lirih Shyina.

Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil Pak Arkan yang mulai memasuki garasi rumahnya. Sepertinya Shyina belum sadar kalau suaminya sudah pulang. Dia masih tetap pada posisi semula, yakni bersandar pada sandaran sofa sembari memejamkan matanya.

"Assalamu'alaikum" ucap Pak Arkan.

"Wa'alaikumsalam"

Shyina yang mendengar suara Pak Arkan langsung membuka matanya dan menoleh ke arah pintu. Dan terlihat Pak Arkan yang sudah berdiri di sana dengan senyum manisnya. Dia berjalan ke arah Shyina kemudian menyodorkan tangannya kepada istrinya itu.

Bukannya mencium tangan Pak Arkan, Shyina malah menatap Pak Arkan tajam. Sebenarnya dia ingin memarahi Pak Arkan karena tadi tidak memberinya kabar, tapi mulutnya seakan terkunci rapat.

"Sayang" panggil Pak Arkan.

"K-kamu habis dari mana?" Lirih Shyina.

"Ya dari kerja dong, Na"

"Kenapa baru pulang?"

"Maafin aku. Tadi rencananya mau pulang sore, tapi tiba-tiba ada rapat mendadak dan nggak bisa ditunda"

"KENAPA NGGAK NELPON AKU?! SEENGGAKNYA NGASIH KABAR BIAR AKU NGGAK KHAWATIR"

Melihat Shyina menangis menjadikan Pak Arkan segera memeluk Shyina dan membenamkan wajah istrinya itu di perutnya. Dia tau dia salah karena telah membuat Shyina khawatir.

"Maafin aku, sayang. Tadi mau ngabarin kamu tapi HP aku mati"

"Kan bisa pinjem sekertaris kamu" jawab Shyina di tengah isakannya.

"Nomor kamu di HP aku. Aku juga nggak hafal"

Shyina memeluk pinggang Pak Arkan erat "Aku dari tadi mondar mandir nunggu kamu pulang. Aku takut kamu kenapa-napa" ujarnya pelan.

My Arkan Is My Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang