VOTE SEBELUM BACA 🔥
***
Rabu, 14 Oktober
Sorot matahari belum terlalu naik saat pemilik kamar bernuansa abu-abu itu masih nyenyak dalam tidurnya. Gara semakin mengeratkan selimut yang melingkupi tubuhnya yang terasa remuk redam sejak pulang kerumah semalam. Cowok itu bahkan belum sempat mengganti bajunya yang masih terdapat banyak noda darah juga luka-luka baru yang ada diwajahnya.
"Gara, bangun! Ganti dulu baju kamu. Ini bau anyir tau ga?"
Elena, mama Gara menepuk pipi putra bungsunya beberapa kali yang tak kunjung bangun juga, malah semakin menelusupkan wajahnya pada bantal.
Gara sedikit terusik. "Nanti aja, ma. Badan El sakit semua. Semalam habis bela diri sama anak Calveras."
Elena berkacak pinggang. "Kamu pikir mama ga tau apa kalau semalam kamu habis tawuran? Mama nggak sebodoh itu, El," ujar Elena terdengar mulai marah.
Selimut yang menutupi tubuhnya Gara tendang supaya menyingkir dan jatuh ke lantai. Dengan matanya yang masih setengah terbuka, cowok itu mengambil posisi duduk lalu menatap kearah Elena.
"Kamu bisa kan berhenti ikut acara tawuran-tawuran kaya gitu? Gak ada manfaatnya buat kamu. Yang ada tambah ngerugiin diri kamu sendiri." Alis Elena semakin menekuk. Dia marah dan tidak suka ketika tau bahwa anaknya masih tetap ikut andil dalam tawuran geng motor semacam itu.
Gara menggertakan giginya pelan. "Iya!" ujarnya seperti tidak minat.
"Iya-iya! Nanti dilakuin lagi!"
Gara menepuk kasur disebelahnya dengan greget. "Mama gimana sih? Kalau El jawab 'iya', tetep salah. Kalau El jawabanya 'nggak', mama marah."
Helaan nafas berat keluar dari bibir Elena. "Bukannya kaya gitu. Tapi mama bukan cuma butuh kata 'iya' dari kamu. Mama butuh bukti dari perilaku kamu."
"Tapi kan El sekarang emang nggak tawuran!"
Elena menoyor kepala Gara. "Sekarang emang enggak, anak dugong. Orang ini masih pagi, kamu baru aja bangun."
Cowok itu menekuk wajahnya sambil mengusap bagian kepalanya yang terkena toyoran ibunya. Baru bangun langsung diajak war.
"Yaudah sekarang mama keluar dulu."
"Kamu ngusir mama?"
"EL MAU MANDI, MA!"
Perdebatan Gara dan Elena hampir tidak berhenti. Wanita itu memilih untuk keluar dari kamar putranya lalu beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Melihat Elena yang sudah keluar dan menutup pintunya rapat, Gara menoleh ke tempat tidur disebelahnya dimana terdapat sosok anak kecil yang masih lelap sekali dalam tidurnya.
Azzaquiela Divana, anak Gara.
Gadis kecil yang baru berusia 2 tahun. Namun tingkahnya sudah lebih dari meresahkan.
Memastikan sekali lagi supaya Elena tidak tiba-tiba masuk ke kamarnya, Gara merundukan tubuhnya mendekatkan wajahnya pada wajah mungil dengan mata terpejam lucu itu. Embusan nafasnya terdengar sangat tenang membuat Gara terpaku sebentar.
Tapi tidak lama setelah itu, tangan kekar Gara terulur memencet hidung kecil itu lalu menggelitiki telinga dan lehernya beberapa kali sampai Diva mulai terusik.
Merasa anaknya mulai bangun dan akan segera menangis, dengan setannya Gara berlari secepat kilat menuju kamar mandi didalam kamarnya lalu langsung menyalakan shower.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...