DIA ELGARA | 79

3.7K 165 15
                                    

HAI! KAGET KAN KALIAN AKU UPDATE CEPET. PADAHAL NULISNYA DADAKAN BANGET 😁 ANGGAP AJA DOUBLE UP.

TENANG AJA YA. NO SAD-SAD!

TANDAI TYPO! SELAMAT MEMBACA!

Seseorang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Wajahnya nampak pucat dan kepalanya dibaluti perban. Sedikit demi sedikit, matanya mencoba terbuka. Namun tertutup kembali ketika silaunya lampu yang sejajar dengan wajahnya menusuk retina. Rasa sakit kembali menjalar.

Lelaki itu melirik pelan infusan ditangannya. Kemudian menelisik ruangan serba putih yang ditempatinya. “Ma,” gumamnya.

“Elgara?” Elena terbangun ketika mendengar gumam putranya. “Dokter!” Wanita itu berlari keluar untuk memanggil dokter.

Beberapa orang mendekatinya. Gara menatap linglung satu per satu orang disana.

Dokter datang kemudian memeriksa keadaan Gara dengan teliti. Hanya beberapa menit lalu ia tersenyum tipis. “Masa kritisnya sudah lewat. Dia baik-baik aja,” ucapnya. Ia memberikan beberapa informasi tentang keadaan Gara dan menyuruhnya untuk rawat inap selama beberapa hari. Setelah itu, dokter pamit keluar.

Elena menghela napas lega seraya mengucap syukur beberapa kali mengetahui putranya baik-baik saja. Tidak ada luka serius. Elena mengusap wajah putranya dengan lembut. “Kamu baik-baik aja.”

Gara melirik tangan yang mengusap wajahnya. Kemudian, menatap orang-orang disana dengan bingung. “Kalian siapa?”

Elena mematung. Wanita itu menatap suaminya dengan raut terkejut. Varo dan Zafran pun turun terkejut mendengar ucapan Gara. Ia kembali menatap Gara. “Kamu.. nggak ingat sama kita?” tanya Elena dengan kecewa.

Suasana berubah hening. Elena mendekati Raga dengan perasaan sedih. Begitupun dengan kedua saudara Gara. Jangan lupa, seorang anak perempuan mungil yang berdiri disebelah brankar yang ditempati Gara.

“Tegang amat. Biasa aja kali,” celetuk Gara tiba-tiba.

Kedua alis Elena menukik tajam. “Maksud kamu?! Kamu pura-pura?!”

Tawa Gara mengudara. Lelaki itu merasa senang ketika melihat ekspresi tegang mereka semua. “Bercanda, ma. Ngetes doang. Ternyata kalian masih khawatir sama El.”

“Bercanda lo nggak lucu! Mana lo baru kecelakaan. Kalau hilang ingatan beneran gimana? Bisa berabe,” tukas Zafran kesal. Kesal karena khawatir. Gara bercanda di situasi yang terlalu mendukung.

“Lagian kamu baru sadar kok udah bisa bercanda,” timpal Raga.

Gara nampak berpikir. “Sebenernya El udah sadar dari tadi. Tapi kalian sibuk sendiri makanya El tidur lagi,” ujarnya.

Elena menepuk jidatnya. “Gini nih, kalau anak geng kecelakaan. Bukannya dramatis, malah bikin orang panik! Mana tiba-tiba bilang bercanda!” sentak Elena kesal. Tadi dia benar-benar khawatir. Tapi dengan santainya Gara bilang bercanda.

Gara mendelik. “Emang mama maunya El hilang ingatan beneran? Udah bagus cuma bercanda.”

“Nggak gitu juga!”

Gara memegang kepalanya yang terasa sakit. Hal itu membuat Elena buru-buru mendekatinya dan bertanya dengan khawatir.

“Diva mana?” tanya Gara.

Karena tubuhnya yang pendek, Diva hanya bisa mengangkat tangan kecilnya dari bawah brankar. Refleks Gara tertawa. “Sini,” ucapnya.

“Kamu masih sakit. Jangan dulu,” cegah Elena.

“Ah nggak papa. Luka kecil ini mah,” celetuknya santai seraya mengangkat Diva untuk duduk diatas brankar lalu mengajaknya bicara.

“Luka kecil tapi kok sampai dua hari nggak sadar,” cetus Elena.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang