DIA ELGARA | 36

4.4K 195 4
                                    

TERNYATA SUSAH NULIS KALAU PAKAI TARGET HARIAN. FEEL-NYA KAYA DI KEJAR-KEJAR SESUATU APALAGI PAS IDE LAGI BUNTU 🙂

***

Cuaca benar-benar cerah sejak pagi hari. Geladys baru saja selesai menjemur baju di halaman rumah. Jujur saja dia tidak hanya enak-enakan tidur di rumah ini. Geladys membawa keterampilannya ke rumah ini. Dia mencuci baju, menyapu, mengepel lantai dan membereskan ruangan.

Sedari tadi Gara duduk di balkon kamarnya memperhatikan Geladys dibawah sana. Tapi cewek itu nampaknya tidak menyadari keberadaan Gara.

"Dys!"

Geladys sontak menoleh ketika mendengar seruan seseorang. Ia pikir itu Gara, namun ternyata bukan. Melainkan seseorang yang mirip dengan Gara.

"Nama lo Geladys 'kan?"

Geladys mengangguk canggung ketika lelaki itu mendekatinya. "Iya."

"Kenalin, gue Elvaro Aksarana. Kakanya Gara," kata Varo seraya mengulurkan tangannya ke depan Geladys.

"Aku Geladys Audynara," balas Geladys tanpa membalas uluran tangan Varo. "Yaudah aku duluan masuk ya." Geladys menunduk lalu berjalan melewati Varo.

Lelaki itu mengatupkan bibir seraya menarik tangannya kembali. Matanya menatap punggung Geladys yang masih terlihat sebelum menghilang dibalik pintu.

***

Waktu berlalu terasa sangat cepat. Gara telah memasuki tahap semester 2 kelas XII. Gara menjalani hari sebagaimana mestinya. Namun ada yang berbeda, beberapa hari lagi akan ada perubahan dalam hidupnya. Tapi masih tidak ada yang mengetahui soal itu kecuali keluargnya dan Arsen saja.

Hari dimana Raga mengajukan keputusan itu, Gara kabur ke markas, lalu disana dia bicara dengan Arsen. Gara berani mengajukan keluh kesahnya pada sahabatnya, dan Arsen memberikan jawaban yang membuat Gara berani ada di titik ini.

***

Satu mingguan yang lalu.

Gara mengabaikan rasa sakit pada kedua punggung tangannya yang semakin memerah akibat terlalu kuat memukul samsak. Cowok itu berlari cepat menuju rooftop markas kemudian langsung menyulut sebatang rokok disana untuk menenangkan diri.

Tak lama ia mendengar suara langkah kaki disusul deheman Arsen. Sahabatnya ikut berdiri di depan pagar pembatas.

"Lo nggak waras," cetus Arsen.

"Emang," balas Gara. Cowok itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya ke udara.

Arsen membawa perban di tangannya. Tanpa mengatakan apapun lelaki itu menarik tangan Gara yang sedang tidak memegang rokok lalu memperhatikan punggung tangannya.

"Sakit?" tanya Arsen dengan nada meremehkan.

"Cetek."

Jawaban singkat dan penuh percaya diri itu membuat Arsen ingin sekali meninju wajah Gara. Gara sedang emosi. Namun dia tidak mau bicara soal masalahnya.

"To the point, lo kenapa?"

"Menurut lo?" Gara justru berdecih.

"El!" Arsen menatap Gara serius. Dia tidak suka ketika Gara atau siapapun bicara berbelit-belit.

Helaan napas kasar meluncur dari bibir Gara. Lelaki itu menjatuhkan rokok ditangannya kemudian mematikan sumbunya dengan ujung sepatu. Setelah itu Gara menatap ke atas, melihat hamparan langit yang cerah.

"Bokap nyokap gue salah paham. Dan gue terpaksa harus nikah sama Geladys," celetuk Gara.

"Kenapa?"

Gara mengacak rambutnya kasar. Ia mengatur napas supaya lebih stabil. Baru setelah itu Gara mulai menceritakan kejadian sejak Geladys pergi ke bioskop bersama Sevira dan pulangnya diantar oleh Samudra. Kemudian dia yang menjauhi Geladys selama dua hari, perdebatan mereka hari itu sampai berakhir kesalahpahaman.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang