DIA ELGARA | 72

3.4K 161 14
                                    

Hai! Update lagi setelah 20 hari 😃🙏

Kemarin-kemarin aku kehabisan ide dan kurang mood buat nulis. Sebenarnya kalian boleh kok kalau mau nagih update, lewat manapun, itu bakal bikin aku makin semangat buat nulis. Jangan sungkan nagih up 🤭

Bab ini belum sempat revisi. Jadi tandai typo! Selamat membaca!

***

Akhirnya Gara membaringkan tubuhnya yang terasa lelah diatas ranjang dalam kamar setelah melepas jaketnya. Matanya melirik Geladys yang baru saja masuk ke dalam kamar dengan membawa kresek hitam.

"Gue lapar, Dys," ucap Gara.

"Aku belum masak nasi. Gapapa kan makan donat dulu? Sambil nunggu aku masak. Sekalian aku siapin kompresan buat pipi kamu," ujar Geladys menaruh kresek berisi donat di samping Gara.

Gara bangun mengambil satu donat cokelat dan memakannya. "Beli donat darimana?" tanya Gara mencicipi rasa enak yang familiar dari donat yang di makannya.

"Bukan beli. Itu buatan aku."

Gara mengerjap.

"Lo? Sejak kapan bisa bikin donat?" tanya Gara tidak percaya.

"Sejak.. tadi. Aku diajarin bikin donat sama ibu. Gimana? Enak kan?" ujarnya meminta pendapat—ralat, lebih ke memaksa meminta pendapat.

Gara mengangguk-angguk kecil. "Enak sih. Hebat juga lo bikin donat. Gue habisin yang ini boleh?"

"Boleh, makan aja semuanya. Aku udah simpan beberapa donat lagi di dapur kok buat nanti," ucap Geladys. "Kalau gitu aku ke dapur dulu. Tungguin ya."

Cukup lama Geladys berkutat di dapur. Gara yang memang merasa kelelahan menjadi mengantuk. Akhirnya tanpa sadar cowok itu ketiduran.

Disaat Geladys kembali ke kamar, Gara sudah tertidur dengan posisi kaki menjuntai ke lantai. Gara berat jadi Geladys tidak berniat mengubah posisi tidur Gara. Dia hanya menyimpan mangkuk berisi nasi dan sup keatas nakas dimana ponsel Gara juga disimpan disana.

Ting!

Layar ponsel Gara menyala saat ada sebuah pesan masuk. Geladys meliriknya dan hendak menyentuh ponsel itu. Namun..

"Dys."

Geladys tersentak dan kembali menarik tangannya saat suara berat Gara terdengar. "Kamu bangun? Nih, makan dulu." Mangkuk itu Geladys sodorkan kepada Gara.

Gara langsung menerimanya kemudian makan dengan lahap. Gara benar-benar kelaparan karena belum makan sejak semalam. Pemandangan itu membuat Geladys mengeryit.

"Pelan-pelan aja kali makannya. Aku juga nggak bakal minta. Kamu kayak belum makan setahun." Geladys terkekeh kecil.

Entah kenapa masalahnya dengan Gara kemarin terlupakan begitu saja. Gara sendiri kelihatan biasa, jadi Geladys melupakan masalah sepele itu.

"Kamu dari semalam kemana aja sih? Sampe nggak makan," ucap Geladys seraya duduk bersila disebelah Gara, memperhatikan cowok itu makan.

Kunyahan Gara terhenti sejenak. "Nggak dari mana-mana," jawabnya sembari melanjutkan makan.

"Kamu nggak di rumah dari semalam. Kamu nggak tau kalau aku takut." Geladys bertopang dagu.

"Takut sendirian di rumah?"

"Takut kamu nemuin Aruna."

Gara terdiam dengan tubuh membeku. Bibirnya terkatup rapat tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Kepalanya menoleh ke samping, mendapati Geladys yang sedang menatapnya dengan tenang, tapi terlihat guratan sedih di wajahnya.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang