"Varo sakit, ma. Kepengen video call sama mama katanya."
Elena tertawa kecil saat mengangkat panggilan video masuk dari suaminya di Surabaya pagi-pagi sekali. Ia bersama Geladys duduk di sofa ruang tengah, tertawa ria kala melakukan panggilan dengan Raga dan Varo, putra sulung Elena yang sudah berkuliah.
"Udah gede kalau sakit kok masih kepengen sama mama?" respon Elena sambil terkekeh. Geladys yang duduk di sebelahnya hanya planga-plongo.
"Abang juga anak mama," kata Varo, dari sebrang telepon. Wajahnya nampak lumayan pucat.
"Kenalin nih anak baru mama, cantik nggak?" Elena menggeser ponselnya supaya wajah Geladys juga terlihat dilayar. Gadis itu nyengir kaku.
Varo mengusap wajahnya. "Mama bawa anak siapa lagi?"
Elena berdecak. "Gini ya, Bang. Harusnya anggota keluarga kita itu nambahnya karena kamu, harusnya kamu udah nikah, udah punya anak."
"Abang baru dua puluh tiga tahun, Mama. Kan si El juga udah punya tuh."
"Kamu juga dong. Kata papa, kamu udah punya cewek. Siapa tuh? Bawa dong ke Jakarta, kenalin sama mama," goda Elena.
Di sebrang sana terdengar suara tawa Raga.
"Papa bohong, ma! Abang mana punya cewek."
"Terus waktu itu kamu sering belanja banyak barang-barang cewek, itu buat siapa?" tanya Raga pada putranya.
"Itu buat temen!"
Elena terbahak. "Mana ada temen kaya gitu!"
Wajah Varo merenggut kesal. "Cewek yang disebelah mama itu emangnya siapa?" tanya Varo. Ia hanya bisa melihat separuh wajah Geladys di layar.
"Calon mantu mama!" Lalu Elena ngakak sendiri.
"Calon menantu?" gumam Geladys.
"Namanya Geladys. Entar Geladys jadi menantu disini. Ya kan, Dys?" gurau Elena pada Geladys.
"EL NGGAK MAU NIKAH SAMA DIA!!" Tidak ada angin sama sekali, Gara tiba-tiba berteriak lalu berlari turun melalui tangga. Wajah cowok itu tertekuk tanda marah.
"Loh? Loh? Emangnya siapa yang mau nikahin kamu sama Geladys?" Kedua alis Elena naik, menggoda Gara.
Harga diri Gara rasanya turun. "Barusan mama bilang..."
"Anak bujang mama kan ada dua lagi. Geer ya kamu? Hahaha."
Raga ikut tertawa mendengar percakapan isteri dan anaknya. Sementara Gara berdesis menahan malu. Remaja itu berjalan menuju dapur, tapi seruan Elena membuatnya ingin menghancurkan dunia.
"Tapi kalau kamu emang mau nikah sama Geladys, langsung mama panggilin penghulu kesini."
"MAMA!!!"
***
"Susu formula Diva habis. Beli lagi ke supermarket. Sekalian beliin mama minyak sama bahan dapur. Kalau mau beli rokok, beli sebungkus aja, jangan maruk pengen satu pack. Ini uangnya."
Gara memutar bola matanya malas mendengar penuturan Elena. Dia menerima sodoran beberapa lembar uang kertas dari ibunya.
"Pakai motor ya?" ujar Gara.
"Jalan kaki aja. Supermarketnya deket. Lagian kan ini masih pagi, biar sekalian kamu cari angin segar," kata Elena. "Udah sana cepetan."
Gara berdiri dengan gontai dari sofa. Lebih baik dia sekolah daripada libur.
"El mau kemana?" celetuk Geladys yang baru saja keluar kamar.
"Kepo banget sih lu!" sentak Gara.
"Eh Geladys, El mau ke supermarket, jawab Elena. "Kamu mau ikut? Ayo ikut aja, temenin El. Sekalian kamu cari udara segar kan, kamu tiap hari dirumah terus. Ikut aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...