Masih ada yang nungguin cerita ini nggak sih? 😞
Maaf updatenya lama banget soalnya kena writer block ya ampun. Tapi pulih sedikit-sedikit.
Enjoying 🔥 Semoga suka!
***
"Kondisi pasien semakin kritis. Detak jantungnya melemah."
Geladys terbangun dari tidurnya dengan nafas tak beraturan. Keringat dingin mengucur dari keningnya. Perempuan itu terduduk dengan tatapan ketakutan. Sekilas bayangan ketika melihat tubuh Samudra yang telah terbujur kaku diatas brankar dan kain putih yang telah menutupi seluruh tubuhnya membuat jantung Geladys berpacu sangat cepat.
Gara ikut terbangun karena merasa terusik. Cowok itu duduk disebelah Geladys dengan tatapan khawatir. Tangannya mengelusi bahu Geladys dengan lembut.
"Kenapa?" tanya Gara khawatir.
Geladys mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Ia menggeleng pelan mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja. "Adys cuma mimpi buruk."
"Makanya sebelum tidur itu baca doa," kata Gara. Dia membantu Geladys menidurkan tubuhnya kembali. "Udah sekarang tidur lagi. Kalau lo mimpi buruk lagi, nanti mimpinya gue marahin karena ganggu lo."
Geladys mengerjap. "Bisa?"
"Bisa lah."
Geladys menuruti Gara menidurkan tubuhnya kembali. Gara pun langsung kembali tertidur, tapi tidak dengan Geladys. Dia jadi kepikiran mimpinya. Kenapa dia memimpikan Samudra? Dan... Kenapa dia takut terjadi sesuatu kepada Samudra? Samudra jelas tidak memiliki kaitan apapun dengannya. Tapi Geladys sungguh takut.
Geladys khawatir tentang Samudra seperti halnya dia khawatir tentang Gara. Tapi Geladys merasa ada sesuatu yang berbeda dalam kekhawatirannya.
"El," panggil Geladys.
"Hmm."
Geladys melirik Gara yang tidur terlentang dengan tangan bersidekap didepan dada.
"Aku nggak bisa tidur lagi. Aku boleh meluk kamu?" ujarnya pelan.
Mata Gara terbuka. Kepalanya menoleh. "Gak boleh. Dosa," ucapnya menekan.
Bibir Geladys mengerucut sebal. "Tapi kita udah sah. Lagian aku cuma mau meluk doang, nggak lebih, sampai aku tidur."
Gara sedikit mengangkat kepalanya lalu menjadikan lengan kanannya sebagai bantalan.
"Mepet doang, nggak boleh pake meluk. Ngerti? Kalau meluk ntar gue lelepin lo ke kolam."
"Oke." Langsung saja Geladys mendekat kearah Gara. Dia menyampingkan tubuhnya menatap wajah Gara dari samping. Geladys tersenyum kecil sebelum menutup matanya.
Lupakan tentang Samudra untuk sekarang, Geladys punya Gara.
***
Geladys terbangun ketika merasakan kebas pada kaki kanannya. Kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka. Ketika hendak meregangkan tubuhnya, Geladys merasa kesulitan. Lantas kepalanya bergerak ke bawah. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya. Ia mendengus pelan.
"Semalam nggak boleh meluk, sekarang kamu sendiri yang meluk," gerutu Geladys. Namun dia tetap tersenyum senang.
Baru saja Geladys hendak bangun, dia mendengar deringan ponsel dari bawah bantal Gara. Karena Gara tidak kunjung bangun setelah ditepuk beberapa kali oleh Geladys, jadi Geladys yang mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Aksa?" gumamnya melihat nama penelepon.
Panggilan tersebut Geladys angkat.
"Gar."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...