DIA ELGARA | 47

4.5K 213 15
                                    

Kalau tentang happy-happy-an aku semangat empat lima nulisnya! 🔥

***

"Dys!"

Deg!

Gara berdiri tak terlalu jauh dengan ekspresi datar.

Geladys membelalakan mata kaget. Begitu langkah kaki Gara menghampirinya, pelukannya pada tubuh Samudra semakin kuat.

"Gak tau diri," hardik Gara spontan.

Dada Geladys terasa dihantam benda tajam tak kasat mata begitu mendengar hinaan Gara. Kenapa Gara sampai mengatakan kalimat itu padanya?

Pergelangan tangan Geladys yang telah terluka tiba-tiba ditarik secara kasar oleh Gara. Ringisan perih sontak keluar dari bibir Geladys. Gara memaksanya untuk menjauh dari Samudra.

"El, lepasin aku!" Geladys berusaha melepaskan cengkraman kuat Gara. Pergelangan tangannya semakin perih. Kaki kanannya yang tak mampu dipakai untuk berdiri dipaksa berdiri oleh Gara. "Samudra!" teriak Geladys melihat Samudra yang kini menjatuhkan kepalanya ke tanah. Darah dari perut cowok itu telah memenuhi tanah. "El! Tolongin Samudra! El!"

Gara sama sekali tak menggubris teriakan Geladys. Kebenciannya semakin memuncak. Tanpa sempat memeriksa keadaan Geladys Gara menyeretnya keluar dari tempat kumuh itu. Ia pun tidak peduli dengan Samudra. Geladys benar-benar telah melanggar larangannya, bahkan dia tidak peduli dengan ancamannya.

"Samudra! Samudra bangun! Sam!" Geladys menggeleng keras sambil terus meraung. Dia tetap berusaha lepas dari cengkraman Gara. Geladys hanya mau menolong Samudra.

Diujung rasa sakitnya, Samudra menoleh kecil kemudian tersenyum tipis pada Geladys. Tetap berusaha meyakinkan Geladys bahwa dia baik-baik saja disini.

Samudra ingin marah melihat Gara yang memperlakukan Geladys secara kasar seperti itu. Namun dia tidak punya tenaga, bahkan tidak punya hak apa-apa. Hingga tak lama cowok itu menutup matanya perlahan karena semakin kehabisan darah.

"SAMUDRAA!!"

***

Dugh!

Geladys menggigit bibir bawahnya kuat ketika kepalanya membentur besi diujung ranjang. Raut wajahnya benar-benar ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat menahan takut sekaligus menahan rasa yang teramat sakit pada luka-luka ditubuhnya. Air matanya turun membasahi pipi. Geladys sontak menghapus air matanya dengan kasar sebelum dilihat oleh Gara.

"Kenapa lo nangis, hm?" ujar Gara dengan suara beratnya.

Geladys menggeleng kasar sambil membekap mulutnya kuat menahan suara tangisnya.

Gara menatap wajah Geladys dari samping dengan tatapan tak terbaca. Perasaan amarah, takut, khawatir dan benci bercampur menjadi satu. Gara marah ketika tau bahwa Geladys lagi-lagi bertemu Samudra setelah dia memberi gadis itu ancaman. Disisi lain dia takut. Takut jika Geladys benar-benar jatuh pada Samudra.

"Gue udah kasih lo peringatan! Tapi lo bebal. Lo ingat? Gue nggak bakal ngasih lo ampun." Gara mengangkat dagu Geladys dengan jari telunjuknya. Tatapannya menggelap melihat banyak luka diwajah gadisnya.

Geladys meremas tangannya sendiri sampai memerah. "Kamu boleh tampar aku, pukul aku. Tapi jangan marah." Selama hidup di jalanan, menghadapi kerasnya kehidupan, Geladys tak pernah sekalipun mendapat rasa takut seperti ini. Geladys biasa terluka secara fisik. Tapi hatinya tidak bisa.

"Jangan marah? Gue suami lo, Dys. Gue harus diam aja liat lo meluk cowok lain didepan mata gue?" Mati-matian Gara menahan tangannya untuk terangkat. Dia marah. Tapi dia tidak mau sampai melukai Geladys secara fisik.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang