"El, mama mau ke rumah bu Lia dulu, ya," ujar Elena sambil menyebutkan nama tetangga sebelah rumah mereka.
"Ngapain?" tanya Gara yang sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Diva.
"Loh kan anaknya bu Lia mau aqiqah. Mama mau bantu-bantu masak sedikit."
"Mama!" Gara merengek lupa umur. "El mau keluar. Mama diem di rumah."
"Sut! Kamu yang diam di rumah. Jagain Diva, oke."
Gara merenggut kesal ketika Elena telah berjalan keluar rumah. Gara melirik Diva yang sedang makan puding dalam cup sambil menonton tayangan Spongebob Squarpants di televisi.
"Lo tunggu disini. Gue mau nyari si Mbel dulu," kata Gara seraya beranjak.
Lelaki yang memakai kaus putih tanpa lengan itu pertama mencari Geladys di kamar. Tapi ternyata Geladys tidak ada disana. Lalu Gara lanjut mencari di dapur, lantai dua, belakang rumah sampai garasi, Geladys tetap tidak ada disana.
Gara lantas segera mengambil tangga lalu menyandarkannya pada pagar besi yang langsung menampakan halaman rumah bu Lia, tetangga mereka. Dengan tidak berdosanya cowok itu berteriak.
"Ma! Mama! Mama Elena! Bundaku!"
Tak lama kemudian Elena keluar dari rumah itu dengan ekspresi greget. "Kamu apa-apaan sih El? Ngapain teriak-teriak? Jangan bikin malu!"
"Geladys mana?" tanya Gara.
"Kalau cuma buat nanyain Geladys kenapa harus sampai teriak-teriak? Kamu cari aja di kamarnya." Elena menghela napas.
"Gak ada."
"Ya terus? Di dapur atau di belakang rumah mungkin."
"Gak ada, Mama!" jawab Gara greget.
Ingin sekali rasanya Elena mencubit Gara. "Liat aja sandalnya, ada nggak. Kalau nggak berarti dia keluar."
"Nggak ada." Gara melirik halaman rumahnya sendiri. "Keluar kemana?"
"Mana mama tau. Kamu telepon aja tanya dia ada dimana."
"Mama pikun ya? Dia mana punya hape!"
Elena melotot ganas. "Berani ya kamu bilang mama pikun!" protes Elena tidak terima. "Kalau gitu kamu beliin hp dong. Yang kameranya bisa sampai ke motoin bulan itu."
Gara berdecak gemas. "Kalau gitu El mau jajan sama Diva sekalian cari dia."
"Iya sana!"
***
Motor Honda Cbr 150 yang dikendarai Gara, yang sebetulnya adalah milik Varo kakaknya, melaju membelah jalanan kota Jakarta siang hari ini. Cowok itu mengendarai motor dengan satu tangan sementara tangan lainnya dia gunakan untuk menahan tubuh Diva supaya tetap seimbang.
"Seru nggak, Va?" tanya Gara pada Diva, tapi tidak mendapat respon.
"PAPA ADA BADUT! MILIP PAPA!"
Gara mesem-mesem kesal.
Ketika tidak sengaja melewati tiga orang anak jalanan yang sedang duduk di trotoar, Gara refleks segera menghentikan motornya kemudian menghampiri mereka.
"Bang Gara!" seru salah satu anak laki-laki berusia sepuluh tahunan.
Gara tersenyum. "Lagi pada istirahat ya?"
"Iya, bang. Hari ini lumayan dapat banyak," katanya seraya menunjukan kaleng bekas berisi uang recehan yang lumayan banyak.
Melihat itu Gara terenyuh. Disaat dia yang sudah berusia delapan belas tahun masih hidup dengan uang penghasilan orang tuanya, mereka yang masih kecil terpaksa harus mencari uang sendiri dengan susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Fiksi Remaja[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...