DIA ELGARA | 20

5.5K 186 0
                                    

Pagi harinya, Gara turun dari kamar sambil menggendong Diva dengan wajah bantal. Cowok itu masih mengantuk sementara Diva sudah berwajah segar. Walaupun sudah cuci muka, Gara masih belum merasa semangat. Ia segera menuju meja makan untuk sarapan setelah mencium aroma ayam dari arah dapur.

Langkah kaki Gara terhenti tidak jauh dari meja makan ketika melihat kehadiran Geladys yang sudah duduk disana. Sontak cowok itu mundur kembali. Tapi seruan kecil Diva membuat Elena dan Geladys sama-sama menoleh.

"Gara? Ayo sarapan," ajak Elena.

"El boleh makan di kamar, Ma? Makannya pengen di sana,' ujar Gara, tapi mendapat gelengan.

"Pamali ah. Udah makannya disini aja. Biar sekalian sama Geladys."

Terpaksa Gara duduk disana karena Diva yang meminta. Apapun Gara berikan untuk Diva sekalipun jika disana ada Geladys. Catat, hanya demi Diva.

"Diva mau makan, iya? Makan sama apa nih?" tanya Elena setelah menyimpan sepiring ayam goreng keatas meja makan seraya mengajak Diva bercanda.

"Ayam dodeng!" Diva berseru semangat ketika Gara mendudukan dirinya diatas meja makan.

"Pfftt!" Geladys membekap mulutnya sendiri dengan sangat kuat ketika tawanya hampir pecah. Cewek itu menyembunyikan wajahnya dibawah meja makan.

"Ngapain lo ketawa?!" sinis Gara.

"Biasa aja kali natapnya," tegur Elena pada Gara. "Udah ayo kita makan."

Acara makan pun dimulai. Gara yang duduk bersebrangan dengan Geladys itu terus-terusan melemparkan tatapan sinis tanpa sebab kepada gadis itu selama makan. Elena yang menyadarinya hanya diam saja. Kapan dia melihat Gara bertatapan lembut dengan seorang perempuan selain dirinya?

"Papa Ipa mo ayamna." Diva menunjuk ceker ayam diatas piring milik Geladys.

"Hus, jangan!" cegah Gara. "Itu punya orang lain, lo makan ini aja," ujarnya seraya menyodorkan sayap ayam.

Kunyahan Geladys pada mulutnya melambat. Gadis itu melirik Gara. Orang lain? Iya.

"Ipa mo ayamna papa!" rengek Diva tanpa bisa dibujuk. Anak itu juga menghentak-hentakan kedua kakinya yang diselonjorkan.

Dengan tulus Geladys memberikan ceker ayam gorengnya pada Diva, tapi langsung di cegah lagi oleh Gara.

"Gak usah. Anak gue bisa makan ini," tolak Gara. Cowok itu menyuapkan nasi pada mulut Diva sambil memperagakan pesawat terbang. Baru anak itu mau membuka mulutnya sambil menerima sayap ayam dari Gara.

Melihat raut wajah Geladys, Elena mencoba membuat gadis itu senyum kembali. "Geladys, tangan kamu udah agak baikan 'kan? Tante mau ke pasar, sekalian kamu mau... nemuin teman-teman kamu?"

"Tante ngizinin aku pergi dari sini?"

Entah kenapa mendadak Elena tidak rela ketika mengingat itu. "Kalau tante boleh minta, kamu mau kan tinggal disini buat beberapa hari lagi?"

"Mama gak usah egois," celetuk Gara. "Dia punya rumah sendiri."

"Mama nggak minta Geladys tinggal disini selamanya, tapi buat beberapa hari lagi aja. Hari ini papa kamu berangkat ke Surabaya lagi, kamu sekolah, mama cuma sama Diva."

"Mama mau sampai kapan dia disini? Harusnya hari ini dia udah pergi."

"Emang apa salahnya kalau aku serumah sama kamu? Aku nggak ngusik kamu kok," kata Geladys pelan.

"Nggak ngusik? Lo bahkan nambah beban buat keluarga gue!"

"Geladys baru aja kemarin-kemarin ada disini. Biarin dia tinggal beberapa hari lagi." Elena menyela.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang