Sesuai perintah dari Arsen, anak Calveras memutuskan untuk membawa Bastian, Putra dan dua anggota lainnya ke rumah sakit Atmajaya, salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Tidak semua rombongan laki-laki itu ikut ke rumah sakit. Beberapa ada yang kembali ke sekolah, sisanya kembali ke shelter Calveras. Gara mendengus saat sampai di parkiran rumah sakit. Ia pikir Arsen tidak akan membawa anggota mereka kesini. Terhitung baru beberapa puluh menit yang lalu Gara menginjakan kaki disini.
"Napa harus ke rumah sakit ini sih?" protes Gara pada Arsen.
"Lo napa sih El?! Kondisi mereka berempat udah kritis. Rumah sakit ini yang paling dekat sama yang paling bagus," seloroh Jevan. Tentu saja ia kesal dengan protesan wakil ketuanya. Memang apa salahnya jika mereka membawa anggotanya ke rumah sakit ini?
Kevin melirik Gara sebentar. Geladys juga di rawat dirumah sakit ini. Sama halnya dengan Gara, Kevin pun belum lama menginjakan kaki disini.
Sambil menghela nafas panjang, Gara ikut membantu membawa Bastian turun dari motor dengan sangat hati-hati. Lalu ia memapahnya dan segera membawanya masuk ke dalam gedung rumah sakit tersebut. Empat anggota Calveras itu langsung ditangani oleh dokter dengan segera. Sementara Arsen berbincang-bincang dengan inti Calveras soal administrasi dulu.
"Buat administrasi, gue yang bayar," ujar Arsen. Ia merasa sudah sewajarnya menanggung ini sebagai ketua Calveras.
"Kita kan masih ada kas," ujar Jevan.
"Bukannya itu buat minggu depan?" tanya Arsen. Hampir selama dua kali sebulan, anak Calveras turun ke jalanan untuk membagikan makanan pada orang-orang disana. Seperti anak jalanan, pengamen, pengemis dan juga beberapa pedagang kaki lima. Dan minggu depan adalah jadwal mereka.
"Kita masih punya waktu seminggu buat ngumpulin duit lagi. Duit yang sekarang, kita pake buat bayarin mereka dulu," ujar Gara.
"Bener. Kita satu geng, semuanya harus dibagi rata. Jangan lo doang yang mau bantu mereka, kita juga," ujar Aksa sambil tertawa kecil.
"Yaudah," putus Arsen.
***
Ketika lima laki-laki itu sedang membayar administrasi, tiba-tiba mama Gara, Elena, berjalan melewati mereka. Jevan yang sadar, langsung menyapa wanita itu.
"Eh, tante," ujar Jevan.
Elena menoleh. Wanita itu kelihatan sedikit kaget melihat kehadiran Gara dan empat sahabatnya yang ada disini. "Eh kalian. Kok ada disini? Ada yang sakit?" tanya Elena.
"Emm, iya tante. Teman kami ada yang lagi di UGD," jawab Aksa.
"Ooh." Elena ikut prihatin.
Meskipun begitu, tatapan Elena memperhatikan penampilan empat sahabat dari Gara. Hanya memakai celana seragam abu-abu, dan atasannya hanya memakai kaos pendek. Bolosnya kompak ternyata. Pikir Elena tidak habis pikir.
"Tante sendiri kok disini? Siapa yang sakit tante? Ayangnya Aksa?!" Aksa bertanya setengah panik.
Gara menendang betis Aksa dari belakang. "Ayang-ayang, pala lo gue penggal." Gara melotot ganas.
Aksa meringis, tapi dia juga nyengir.
Baru saja Elena membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari Aksa, matanya melirik Gara yang berdiri di belakang Aksa nampak menampilkan gestur gelengan kepala kecil melarang Elena untuk menjawab. Hal itu membuat Elena diam sebentar. Lalu dia tersenyum pada Aksa.
"Teman tante ada yang sakit, jadi tante jengukin dia disini," jawab Elena.
Aksa tersenyum sambil mengangguk kecil menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...