Samudra menurunkan Geladys setelah sampai diatas bukit. Jarak mereka dengan saung bambu masih cukup jauh. Geladys langsung duduk berselonjor seraya mengambil napas sebanyak-banyaknya. Wajah serta lehernya sedikit berkeringat.
"Capek?" tanya Samudra.
"Nggak." Geladys nyengir lebar padahal dadanya sudah naik turun karena kurang pasokan oksigen.
Samudra meraba sakunya lalu nampak kebingungan karena merasa kehilangan sesuatu.
"Kenapa?" tanya Geladys sambil mendongak tinggi menatap Samudra yang berdiri didepannya.
"Hp gue ketinggalan di motor. Gue turun bentar ya. Lo langsung ke saung itu aja, disana ada air minum," ujar Samudra seraya berlari turun menuruni bukit. Geladys yang melihatnya meringis kecil takut jika Samudra tersungkur ke depan.
Setelah istirahat cukup lama dan merasa sudah tidak terlalu lelah, Geladys berjalan sendiri menuju saung bambu yang dapat dilihat matanya dari kejauhan. Saung bambu itu hampir nampak seperti rumah yang kecil. Terdapat tempat duduk yang sama terbuat dari bambu diluar saung tersebut. Setelah sampai Geladys langsung duduk disana.
Seraya menunggu Samudra kembali, Geladys membuka ponsel dan memotret beberapa pemandangan yang terlihat sangat cantik disini. Tempat ini benar-benar cocok untuk menghilangkan kejenuhan. Setelah itu Geladys mengirimkan foto yang diambilnya pada Gara.
GeladysAudy: send a picture
GeladysAudy: Lucu kan tempatnya?Suamiku 😊🥰: Lo lagi dimana, cok?
GeladysAudy: Tebak.
Suamiku 😊🥰: Mls.
GeladysAudy: Lagi di surga.
Suamiku 😊🥰: Mata lo! Seriusan lo lagi dimana? Lo di puncak gunung? Parah lo kesana sama siapa?! Gue nggak nyuruh lo muncak, mbel.
GeladysAudy: Suka-suka aku dong. Kamu mau nyusul kesini?
Suamiku 😊🥰: Nggak makasih. Gue nggak mau nyasar di hutan.
GeladysAudy: Nyasar di hati aku mau?
Suamiku 😊🥰: 🤢 Mau.
Geladys tertawa kecil membaca balasan Gara. Belum sempat Geladys mengetik lagi, dia merasa mendengar suara orang-orang mengobrol dari dalam saung yang membuatnya urung membalas pesan Gara. Geladys menyimpan ponselnya dan memilih fokus mendengarkan suara-suara itu.
"Gue nggak bohong! Gue liat jelas Samudra meluk ceweknya si Gara pas deket sungai."
"Masa sih ceweknya si Gara? Kalau bener ceweknya mana mungkin si Gara biarin dia deket-deket Samudra."
"Gue inget jelas mukanya, cok. Cewek yang waktu itu dibawa Samudra ke tongkrongan pas kakinya luka. Terus pas Samudra jatuh balapan, dia nyamperin Samudra. Ternyata dia ceweknya si Gara. Aneh nggak kalau dia deket Samudra?"
"Menurut gue wajar sih kalau ceweknya si Gara bisa sama Samudra. Lo pikir aja, cewek mana yang mau sama brengsek kayak Gara?"
Tangan Geladys terkepal tanpa sadar mendengar hinaan yang dilontarkan untuk Gara. Dia hendak masuk menghampiri para lelaki itu, namun urung ketika mendengar pembicaraan mereka selanjutnya.
"Yaiyalah. Udahmah ikut geng motor, suka ngerusak cewek. Najis gue. Nggak bakal ada yang mau sama dia. Gue denger dia udah punya anak kan? Bahkan dia juga ditinggalin cewek itu." Mereka terbahak bersamaan.
"Yoi. Nggak bakal ada cewek yang mau bantuin si Gara ngurus anak haramnya itu—"
Plak!
Laki-laki yang baru saja melontarkan kalimat hinaan untuk Gara itu membelalakkan mata saat mendapat tamparan keras pada pipinya. Zero, lelaki itu menoleh dan menatap tajam cewek yang baru saja masuk lalu menampar pipinya begitu saja. Dia berdiri lalu mendorong bahu Geladys kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...