Hari sudah berlalu kurang dari satu minggu sejak munculnya sosok Geladys secara tiba-tiba dirumah Gara. Sejak saat itu pula, Gara tidak pernah melihat gadis jalanan itu lagi. Baik saat berangkat sekolah, sepulang sekolah ataupun saat Gara sekedar cari angin berkeliling Jakarta. Sosoknya seakan menghilang. Dan Gara puas akan itu.
Hari Kamis pada jam istirahat pertama ini Gara menyandarkan tubuhnya pada tiang pembatas di koridor lantai dua SMA Garuda sendirian sambil memperhatikan beberapa anak kelas XI yang bermain bola di lapangan.
Cowok dengan ikat pinggang yang diikatkan di dahinya seperti jamet itu menyeruput minuman rasa alupkat dalam cup yang dibawanya dengan ekspresi datar. Lalu Gara menoleh ke samping saat merasa ada seseorang yang berdiri disebelahnya.
Raut wajah Gara semakin datar menyadari bahwa sosok cewek yang baru saja datang itu hendak berbicara padanya. Ia melepas ikat pinggang dari dahinya dengan kasar lalu menatap cewek itu setelah menyimpan ikat pinggangnya diatas tutup tempat sampah didekatnya.
"Ngapain lo disini?" dari nada bicaranya terdengar jelas bahwa Gara sangat tidak menyukai kehadiran cewek ini.
Sara, gadis berkacamata dari kelas XI itu nampak ragu-ragu sebelum bicara. Tapi pada akhirnya ia tetap bersuara. "Gue boleh bicara sebentar sama lo? Ini soal dia."
Raut wajah Gara nampak berubah gelisah selama beberapa detik. Namun tidak lama dari itu ia kembali memasang ekspresi datarnya lalu menatap Sara tajam. "Kalau lo kesini cuma buat ngebela cewek murahan itu lagi, gue nggak butuh," cerca Gara.
"TAPI PEMIKIRAN LO SALAH! DIA NGGAK KAYA GITU!" Sara berteriak, menyanggah ucapan Gara.
"Pemikiran gue? Salah dibagian mananya?" tanya Gara menaikan alis. "Fakta bahwa dia ninggalin gue setelah ninggalin anaknya sama gue, terus gue nangkap dia lagi berduaan sama cowok lain, pemikiran mana yang salah?"
"Lo pikir dia semurahan apa?" ujar Gara seraya terkekeh sinis.
Sara mengepalkan kedua tangannya disamping badan kuat-kuat. Batinnya terus memberontak, berusaha menahan diri supaya ia tidak mengangkat tangannya di depan wajah Gara. "Dia nggak kaya gitu, Gar. Lo salah paham," ujar Sara, kali ini suaranya memelan dan parau. Kepalanya pun turut menunduk dalam.
Ucapan itu justru membuat Gara tertawa sinis. "Lo nggak capek apa dua tahun ngebela-belain sahabat licik lo itu? Lo nggak bosen?!" ujar Gara. "Udahlah. Bahkan sekarang lo sendiri nggak tau dia ada dimana kan?!"
Fakta itu membuat kepala Sara semakin tertunduk. Menyadari kenyataan bahwa orang yang selama ini ia bela didepan Gara, ia sendiri tidak mengetahui keberadaanya. Mati-matian ia berusaha menerima makian Gara untuknya dan sahabatnya. Tapi hal itu tetap tidak merubah keadaan. Gara tetap membenci sahabatnya.
"Lo buang-buang waktu." Gara menatap Sara marah sekali lagi, lalu ia berlalu dari hadapan cewek itu.
Mungkin adalah fakta bahwa sampai kapanpun Gara akan tetap membenci sahabat dari Sara, orang yang gadis itu bela selama dua tahun terakhir.
Perempuan yang telah melahirkan Diva.
****
Kantin menjadi tempat tujuan Gara setelah menyelesaikan pembicaraan tidak bergunanya dengan Sara. Cowok itu berjalan dengan perasaan marah saat melewati banyaknya orang di koridor. Sampai di kantin, Gara langsung memesan dua buah roti menerobos kerumunan pembeli, tidak peduli orang-orang itu meneriakinya.
"EL!" suara Aksa menginterupsi Gara dari tempat duduknya di sebelah pojok kiri. Disana Aksa juga duduk bersama Arsen, Kevin dan Jevan.
Gara segera menghampiri teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Fiksi Remaja[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...