Dua laki-laki dengan jaket hitam yang melapisi bagian luar baju seragam mereka itu berlari tergesa menaiki tangga bangunan sekolah menuju lantai tiga kala sadar bahwa mereka kesiangan karena keasyikan nongkrong di warung kopi kecil samping jalan yang tidak jauh dari gedung sekolah. Arsen dan Gara sama-sama menenteng tas di pundak mereka lalu berlari bersama menuju kelas. Karena tadinya masih terlalu pagi, jadi dua laki-laki itu memilih untuk nongkrong sebentar. Tau-tau ternyata sudah bel.
Brak!
"ASSALAMUALAIKUM!"
Seluruh siswa dalam kelas XII MIPA 2 serempak terperanjat kaget saat pintu kelas yang tertutup rapat tiba-tiba di dobrak dari luar. Atensi mereka beralih pada sosok Gara yang berjongkok sambil menumpukan kedua lututnya di depan pintu masuk. Di belakangnya, ada Arsen yang berdiri dengan tenang, tapi keliatan lelah juga.
"Darimana aja kalian?"
Gara mendongak. "Loh ibu? Sejak kapan ibu disini?" tanya Gara kaget sekaligus bingung melihat kehadiran Bu Santi, wali kelas MIPA 2 sekaligus pemegang mata pelajaran Seni Budaya yang berdiri di depan kelas sambil memegang spidol.
"Kemarin!" jawab bu Santi tidak santai. Wanita itu membenarkan letak kacamatanya. "Udah cepetan masuk."
Arsen dan Gara pun segera masuk ke dalam kelas. Menyalimi guru itu terlebih dahulu, lalu berjalan menuju tempat duduk mereka di pojok kelas. Aksa, Kevin dan Jevan sudah ada disana. Kebetulan mereka tidak berangkat bersama tadi dikarenakan Arsen yang pergi menjemput Gara dulu dirumahnya untuk berangkat bersama. Jadi, Gara tidak membawa motor.
"Darimana aja ngab?" tanya Aksa begitu Gara berjalan melewati bangkunya untuk duduk di kursinya yang ada di belakang bangku Aksa.
"Mojok sama Arsen," celetuk Gara sangat santai.
"ASTAGFIRULLAH GARA!!"
Bukan hanya anak-anak kelas yang terperanjat kaget karena ucapan Gara, tapi Gara juga kaget karena teriakan serempak mereka. Cowok itu celingukan sebelum duduk di kursinya. "Napa sih?"
"Lo belum minum obat ya, El?" tanya Kevin menebak-nebak.
Gara menaikan bahunya santai. Lalu ia duduk di sebelah Arsen dan mulai mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya, untuk corat-coret.
Bu Santi menghela nafas. "Untuk murid-murid yang baru datang, ibu jelasin ulang sedikit pembahasan tadi ya," ujar bu Santi. "Jadi untuk mapel Seni Budaya sesuai pembahasan bab lima, kita adain tugas praktek per kelompok."
"Tugas apa bu?" tanya Gara.
"Makanya buka sama baca-baca dulu buku kamu," titah bu Santi.
Gara membuka buku tulisnya yang kertasnya semakin tipis. Di halaman pertama, ada tulisan namanya, kelas dan mata pelajaran. Lalu dihalaman kedua, ada tulisan bab pertama. Dan dihalaman selanjutnya sampai terakhir, isinya hanya halaman kosong.
"Ibu ini gimana sih. Buku saya kosong. Masa ibu nyuruh saya baca tulisan ghaib," celetuk Gara.
Hal itu sontak menjadi tertawaan anak-anak kelas.
Jevan terbahak. "Goblok sekali ya maneh. Tulisan-tulisan ntu emang bakal ghaib kalau lo nya nggak nyatet."
Bu Santi menghela nafas menahan amarah. "Kamu nggak nyatet, Gara?"
"Nyatet apa bu?" tanya Gara lempeng.
Arsen menundukan kepalanya malu. "Bukan temen gue," gumamnya.
Tidak ada hari bagi bu Santi tanpa emosi jika mengajar dikelas ini, terutama jika bertemu dengan Gara. "Dengar ya, Gara. Kamu sama teman-teman kamu itu sama nakalnya. Tapi diantara kalian semua, cuma kamu yang paling ngeselin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...