"Geladys kenapa duduk ngelamun disini?" Elena menghampiri Geladys ketika melihat gadis itu duduk sendirian di atas kursi depan meja makan di dapur. Gadis itu melamun sambil bertopang dagu dengan tangan kiri keatas meja, sementara tangan kanannya ia pangku diatas paha.
Menyadari kedatangan Elena, Geladys membuyarkan lamunannya. "Tante," ujar Geladys sambil tersenyum.
Elena menarik kursi disebelah Geladys. "Kenapa kamu ngelamun? Mikiran apa?" tanya Elena sambil tertawa kecil. Di sisi lain, ia merasa sangat senang ada Geladys di rumahnya. Ia jadi merasa mempunyai anak perempuan.
"Ternyata El baik, tante."
Elena menaikan alis dengan senyum yang masih dipertahankan. "Baik?"
"Iya!" serunya senang. Elena pun mulai fokus mendengarkan gadis itu. "Tadi aku dikasih makan ayam sama dia. Terus dia juga ngasih nama panggilan spesial buat aku!"
"Oh ya? Apa panggilan spesialnya?" Elena ikut tersenyum lebar melihat Geladys yang terlihat sangat senang. Artinya, Gara akan bisa menerima Geladys dengan cepat disini. Walaupun hanya sementara.
"Gembel!" Geladys nyengir.
Senyuman di bibir Elena memudar. Gembel? Nama panggilan spesial dari Gara untuk Geladys? Bukankah itu terdengar agak aneh? Tapi kenapa Geladys sangat antusias?
"G-gembel? Bukannya itu kedengaran agak aneh, Dys?"
Geladys menggeleng tidak setuju. "Nggak kok. Kata El, panggilan itu bagus buat aku," ujarnya. "Jadi sekarang, aku lagi mikirin nama panggilan spesial juga buat dia. Tante bantu aku ya."
Elena manggut-manggut saja.
"Menurut tante, aku harus manggil dia apa?" tanya Geladys meminta saran.
Elena nampak berpikir. "Anak setan aja, Dys," sarannya.
Kali ini gantian senyuman di bibir Geladys yang memudar. Anak setan? Hei, apakah Elena lupa kalau Gara itu anaknya?
"Itu serem, tante," jujur Geladys. Bukan seram lagi, tapi ekstrim. "Harus nama yang lucu."
"Nama yang lucu?"
Geladys mengetuk-ngetukan jarinya pada dagu sambil menampilkan gestur berpikir. Tidak lama kemudian, gadis itu bersorak setelah mendapat nama panggilan untuk Gara yang lucu menurutnya. "Aku udah nemu, tante."
"Apa? Apa?" tanya Elena kepo.
Geladys menyeringai sok misterius.
****
Gara sibuk mengotak-atik laptopnya sambil menyeruput segelas kopi di atas sofa ruang tengah. Gayanya sudah seperti CEO perusahaan besar. Ditemani Diva yang berbaring dengan tubuh yang terus menggeliat seperti anak cacing sambil menidurkan kepalanya diatas paha Gara.
"Lo bisa diem nggak, sih? Paha gue geli," ujar Gara pada Diva.
Diva mengangguk menurut. Setelah itu, Gara melirik kearah sofa tunggal yang bersebrangan dengan sofa yang di dudukinya, dimana terdapat Geladys yang duduk anteng sambil menonton televisi. Hampir satu jam lamanya cewek itu duduk disana. Sementara Gara baru beberapa belas menit.
"Gue harus buat dia cepet-cepet keluar dari rumah gue. Kalaupun dia tinggal lama disini, gue nggak bakal ngebiarin dia santai-santai kaya ratu. Sekali-kali harus dikasih kerjaan." Gara membatin.
"Mbel," panggil Gara. Dengan sigap Geladys langsung menoleh.
"Iya?"
"Simpenin gelas gue ke dapur," titah Gara seraya menyimpan gelas kopinya yang sudah kosong keatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ELGARA (END)
Teen Fiction[CALVERAS BAGIAN 1] Badboy pentolan sekolah itu bukan akan menjadi seorang ayah, melainkan telah menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak 18 tahun. Namanya Elgara Antares. Wakil ketua geng motor Calveras yang punya sifat gengsi setinggi l...