DIA ELGARA | 48

4.7K 210 9
                                    

Vote comment okey 🔥🔥

***

Mobil sport hitam yang dibawa oleh Gara berhenti didepan gerbang rumah ketika matanya menangkap pemandangan janggal didepan sana. Elena berjongkok didepan dua anak kecil dimana salah satunya adalah Diva. Tapi, bocah itu kelihatan mengamuk.

"Gue turun bentar ya. Lo tunggu disini," izin Gara pada Geladys setelah itu ia segera turun menghampiri Elena.

"Ma! Kenapa?" seru Gara lalu ikut berjongkok disebelah Elena.

"Bagong kamu!" seru Diva

Gara melotot panik ketika wajah seorang anak laki-laki berusia tiga tahunan ditonjok oleh Diva. Dengan tergesa cowok itu berusaha menjauhkan anaknya.

Elena menghela napas putus asa. Dia mendekati anak laki-laki tersebut lalu mengusap kepalanya dengan lembut ketika anak itu semakin menangis histeris. "Hust, Depan jangan nangis. Depan cowok, masa cengeng sih. Udah ya, jangan nangis. Nanti jajan sama tante oke?" bujuk Elena.

"Epan bagong!"

"Heh!" Spontan Gara membekap mulut Diva. "Diajarin siapa ngomong kaya gitu?!" sentaknya.

Diva menatap bocah laki-laki itu dengan tajam. Dia menarik ingusnya dengan kasar lalu mengusap pipinya yang basah karena air mata.

"Ipa belekan!" walaupun menangis, tapi Devan tidak mau kalah dari Diva.

"Papaaa!" Diva menumbruk tubuh Gara sambil menangis. "Epan taya monyet! Epan delek, papa!"

Gara menatap Elena meminta penjelasan.

Elena putus asa. "Pas mama sama Diva jalan mau ke warung, Devan tiba-tiba muncul terus narik kuncir rambut Diva. Ternyata Diva balasnya brutal banget."

"Huaaa! Mamaaa!" bibir Devan melengkung ke bawah dengan tangisan yang semakin histeris. Tapi bocah itu tiba-tiba mengangkat jari tengahnya pada Diva.

"Papaaa!" tangisan Diva semakin heboh. Gara lantas menepuk-nepuki punggung Diva supaya anak itu berhenti menangis.

"Jangan nangis. Kalau nangis nanti belekan," kata Gara sambil menahan tawa.

Grep.

"ANJENG!" Cowok itu mengumpat refleks saat bahunya tiba-tiba digigit gigi taring Diva. Dengan cepat Gara menjauhkan tubuh Diva lalu mengusap bekas gigitannya.

Elena berdecak pelan.

Seorang wanita berusia dua puluh lima tahunan tiba-tiba berlari tergesa mendekati Devan. "Devan, kamu ngapain?" ujarnya khawatir. Ia bernama Sarah, ibunya Devan.

Elena tersenyum canggung kearah wanita muda itu. "Sar, maaf ya. Dia berantem lagi sama Diva. Tante minta maaf." Elena menatap Sarah tidak enak.

"Gak papa kok, tante. Anak kecil kan emang biasa berantem," kata Sarah. Lalu ia menatap putranya. "Kamu kan yang cari masalah duluan sama Diva?" tanyanya.

Devan menggeleng dengan sisa-sisa isakannya.

"Dasar. Ayo kita pulang. Nanti mama hukum kamu." Sarah berdiri sambil menggendong Devan. "Kalau gitu Sarah duluan, tante."

"Ah iya, Sar. Sekali lagi maaf ya."

"Iya, tante. Gak papa."

Setelah Sarah pergi, Elena terduduk dengan lesu di atas aspal. "Kamu sih Diva. Ngapain nonjok muka Depan? Kan grandma jadi kena cakar."

"Epan delek, glenma!"

"Masa cuma gara-gara orang itu jelek lo jadi nonjok muka dia," omel Gara.

Elena memijat keningnya sendiri.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang