DIA ELGARA | 51

4K 182 19
                                    

Vote 🔥 Panas!

***

"Aku kembali."

Sebuah kejadian yang tak pernah terlintas dipikiran Gara. Akal sehatnya hampir tidak bisa dipakai untuk mencerna pemandangan didepannya. Dengan keyakinan penuh ia semakin menggenggam telapak tangan Geladys agar tetap disisinya. Hati Gara berusaha yakin bahwa ini semua adalah ilusi semata. Dia tidak akan tertipu.

Namun, semakin lebar senyuman di bibir perempuan itu, pikiran Gara semakin kacau. Penantian dua tahun yang sudah tidak dia harapakan kini muncul. Dengan nyata.

Geladys meringis merasakan Gara semakin menguatkan genggamannya. Ia menatap sosok perempuan bernetra cokelat itu dengan tatapan tak terbaca.

"Aruna." Nama itu keluar dari bibir Gara setelah ditahan cukup lama.

Bibir Aruna kembali membentuk seulas senyum manis sampai membuat kedua matanya ikut menyipit.

Pemandangan itu membuat Geladys takut. Kenapa Aruna tiba-tiba muncul didepan mereka? Kenapa Aruna harus kembali setelah pergi selama dua tahun? Darimana perempuan itu? Semua pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran Geladys.

Suara embusan angin mendominasi suasana malam. Semilir angin berembus kencang memberikan kesan dingin. Tak ada yang membuka suara. Gara tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari Aruna yang ia anggap sebagai ilusi. Hatinya menolak untuk percaya.

"Gara."

Suara yang sama.

Ketakutan Geladys akhirnya terjadi. Genggaman tangan mereka melonggar sedikit demi sedikit sampai akhirnya Gara melepaskan cekalannya. Tatapan Geladys berubah nanar. Hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya terjadi.

Gara tiba-tiba berlari dan menarik tubuh Aruna kedalam pelukannya kemudian mendekapnya dengan sangat erat, seakan menumpahkan semua kerinduan yang sudah dia simpan selama dua tahun ini. Wajahnya ia benamkan diceruk leher Aruna. Pelukannya terlampau erat seolah Gara tidak pernah ingin kehilangan Aruna untuk kedua kalinya.

Pemandangan itu membuat Geladys mematung tidak percaya. Geladys paham seberapa besar kerinduan Gara pada Aruna. Tapi haruskah Gara memeluknya seerat itu? Haruskah sampai membuat Geladys berpikir bahwa Gara masih mencintai masa lalunya itu? Dia bahkan belum pernah merasakan pelukan dari Gara. Lalu kenapa harus seerat itu pada Aruna?

Dadanya terasa dipukul oleh benda tak kasat mata hingga nafasnya tercekat.

"El," panggil Geladys dengan suara tercekat supaya tidak terdengar bergetar.

Tidak ada jawaban. Hingga tak lama Gara mengurai pelukannya. Bukannya berbalik pada Geladys, lelaki itu justru mengusap lembut kepala Aruna dengan tatapan dalam. Tatapan yang belum pernah Geladys dapatkan. Tatapan tulus yang menyimpan banyak makna.

"El," ulang Geladys sekali lagi.

Gara tetap abai. Kehadiran Geladys seolah hanya bayangan.

Geladys menghembuskan nafas berat. Dengan beban berat di hatinya, perempuan itu memilih untuk mengalah dengan pergi dari sana memberikan waktu untuk Gara. Geladys tidak mau menyapa Aruna. Apalagi sampai bertatapan dengan perempuan yang beberapa tahun lalu sempat menjadi dunia Gara.

Geladys berharap Gara akan berlari menyusulnya. Tapi sampai diparkiran, Gara tidak juga datang. Memikirkan bahwa Gara serindu itu pada Aruna membuat hati Geladys semakin sakit. Tanpa sadar air mata menggenangi pelupuk matanya.

"Geladys?"

Geladys mengangkat kepalanya mendapati Sabrina dan Jevan.

"Kok sendirian? Gara mana?" tanya Sabrina. Ia celingukan mencari sosok Gara yang pasti ada disini juga.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang