DIA ELGARA | 46

4.1K 164 10
                                    

SEMINGGU GAK UPDATE UWOW! PART INI PANJANG, BANGET 😭 BAGI AKU SIH

KALAU KALIAN NGGAK MAU BACA YA NGGAK PAPA. KALAU MAU BACA, BACANYA BAGI DUA KALI AJA 😭

Kepala aku mau meledak nulis part ini secara berulang-ulang. Happy reading! Tandai typo!

***

Elena yang tau tentang perdebatan Gara dan Geladys berpikir bahwa permasalahan itu akan berakhir cepat seperti biasa. Namun ternyata salah. Kenyataannya sampai beberapa hari berlalu mereka berdua justru semakin menjaga jarak dalam satu rumah. Elena tidak mau tinggal diam. Gara dan Geladys bukanlah lagi sepasang teman atau kekasih yang bertengkar. Hubungan mereka sudah serius.

Elena mencoba bertanya pada Gara dan Geladys. Diantara mereka tidak ada yang mau buka mulut. Sampai hari dimana Elena mendapati Gara dan Geladys yang sedang adu cekcok diruang tengah, dengan marah Elena menghampiri mereka berdua.

"KALIAN INI APA-APAAN?! SAMPAI KAPAN KALIAN MAU KAYA GINI?!" bentak Elena. Dadanya naik turun berusaha menahan emosi. "Kalian bukan anak-anak lagi. Kalian udah dewasa. Coba omongin baik-baik, apa masalah kalian." Suara Elena melemah.

Dua remaja itu hanya diam.

"Diantara kalian nggak ada yang mau bicara. Siapa yang dirugiin disini? Mama!" Elena menunjuk dirinya sendiri dengan kasar. "Mama masih harus ngurus Diva. Papa udah kembali ke Surabaya. Mama yang capek sendiri! Harusnya kalian omongin baik-baik bukannya saling ngejauh!" Elena berteriak marah.

"Apa kalau masalah El punya pacar, Adys masih harus bicarain baik-baik?" tanya Elena.

Nafas Elena berangsur normal. Ia menatap Geladys kaget. Kemudian menatap Gara meminta penjelasan.

"Gue nggak punya pacar!" tekan Gara.

"Diva bilang kamu kerumah---"

"Lo seenaknya nuduh gue tanpa dengerin penjelasan gue!" sela Gara menyentak. "Gue emang datang ke rumah cewek, tapi dia bukan pacar gue. Gue sadar diri kalau gue udah nikah, buat apa gue nyari pacar lagi?!"

"Gue datang kerumah Sara. Minta sama dia, kalau-kalau suatu saat Aruna balik, dia jangan ngeganggu hidup gue lagi," tambah Gara.

"Gue udah cukup sama lo. Harusnya lo disini yang gue tuduh punya pacar. Sejak kapan lo berhubungan sama Samudra?"

"AKU NGGAK BERHUBUNGAN SAMA SAMUDRA! DIA YANG NYATAIN PERASAAN SAMA AKU!" jerit Geladys. "Aku langsung nolak dia demi kamu. Kenapa kamu malah balik nuduh aku?"

"UDAH!" lerai Elena. "Kalau kalian cuma salah paham, bisa nggak ngomong yang tenang? Gak usah pake urat," ujarnya.

"Mama disini. Mama bakal bantu kalian berdua. Kalau masalah ini nggak selesai-selesai, gimana sama hubungan kalian? Kalian baru mulai rumah tangga," tutur Elena lagi.

Gara mendesis pelan. "Mama bisa bantu apa?" ujarnya spontan.

Tatapan Elena meredup. Kenapa ia seperti diremehkan? "Maksud kamu mama nggak bisa ngapa-ngapain? Mama orang dewasa disini, El. Tugas mama itu ngajarin kalian! Sekarang kalian salah, dan mama harus ngelurusin! Kamu pikir mama disini buat apa?"

Gara tidak menjawab. Namun tatapan mata kesal yang diperlihatkannya membuat emosi Elena tersulut. Sebisa mungkin Elena menahannya supaya tidak semakin memanasi keadaan. Dengan langkah marah ia beranjak dari sana kemudian datang membawa Diva. Sebelum keluar, Elena sempat melirik sebentar Gara dan Geladys.

"Kalau kamu ngerasa bisa, selesain masalah ini sendiri. Mama nggak punya hak buat ikut campur," ucap Elena sebelum benar-benar keluar membawa Diva.

Gara terdiam lama. Tak lama setelahnya ia berteriak marah sambil mengacak rambutnya kasar.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang