DIA ELGARA | 28

4.7K 208 3
                                    

Banyak gaes! Ayo vote!

***

Walaupun hanya diajak ke pom bensin, namun Gara berharap hal ini bisa sedikit membuat pikiran Geladys rileks akan kesehatan mentalnya yang terus mengurung diri di kamar. Gara masih belum berani bertanya soal kejadian malam itu. Dia ingin menunggu Geladys sampai gadis itu benar-benar sembuh dulu secara fisik dan mentalnya.

Setelah mengantri cukup lama di pom bensin, kini cowok itu melajukan motornya membelah jalanan malam kota Jakarta yang dipenuhi kepadatan kendaraan roda dua dan roda empat yang memenuhi dua jalur. Puluhan stand penjual makanan berjajar di samping jalan menambah kesan malam minggu ini. Kebanyakan orang yang dilihat Gara malam ini adalah muda mudi sepantarannya.

Angin berembus kencang. Gara sedikit melirik wajah Geladys melalui kaca spion. Sedari tadi mata cewek itu mengedar memandang sekeliling. Gara tidak bohong, dia bisa melihat sorot bahagia di netra sendu itu.

Setelah melajukan motornya cukup lama, akhirnya cowok itu memberhentikan motornya tidak jauh dari tempat penjual sosis bakar. Dia sedikit menoleh untuk melihat Geladys.

"Lo mau jajan?" tanya Gara.

Geladys mengerjap. "Jajan?"

"Hem. Lo mungkin lapar. Turun, kita beli sesuatu."

Geladys menahan pundak Gara. "Gak usah. Aku nggak mau jajan apa-apa. Aku juga nggak lapar."

Bohong! Nyatanya dalam lima belas ke depan, cewek itu telah menghabiskan semangkuk bakso, satu bungkus pentol bakar, satu bungkus sate sapi dan satu cup minuman sirup dengan sangat rakus. Gara bahkan tidak diizinkan mencicipinya sedikitpun.

Gara memandang Geladys ilfeel ketika cewek itu bersendawa lalu menjilati jari-jarinya yang terdapat sisa bumbu kacang dari sate yang telah dilahapnya. Kini mereka berdua duduk disebuah kursi plastik di area stand penjual sosis bakar, hendak membeli sosis bakar untuk mereka dan juga untuk Diva di rumah.

"Enak?" tanya Gara seraya menyeruput kopi hitam dari cup yang di pegangnya. Dia sengaja membeli kopi supaya tidak mengantuk dan tidak jenuh berada di lingkungan ramai ini.

"Apanya?"

"Makanannya."

Geladys mengangguk. "Enak banget. Aku boleh ngambil sosis bakar itu?" tunjuknya pada sosis bakar yang sudah di bungkus.

"Ngambil? Beli lah."

Kepala Geladys menunduk. "Kamu yang beliin 'kan?"

"Dih, nggak lah. Duit gue udah habis dipake jajan lo tadi," alibi Gara. Padahal sebenarnya dia memang sedang memesan sosis bakar untuk Geladys.

Lantas cewek itu menghela napas berat. Dia tidak lagi menghadap Gara. Badannya dia balikan dan matanya memandang banyak cewek seusianya yang juga sedang membeli sosis bakar. Lalu keningnya berkerut ketika melihat seseorang yang tampak tidak asing.

"Bukannya itu Vira?" gumam Geladys. Dia melihat sosok Sevira yang sedang berada di tempat penjual harum manis bersama seorang cowok. Cewek itu lantas membalikan badan untuk memberitahu Gara. "El, itu ada Vir--- Loh El mau kemana?"

"Bentar. Gue beli rokok dulu di depan!" teriak Gara seraya berlari menjauh.

Wajah Geladys merenggut. Kini dia jadi duduk sendirian. Hampir tujuh menit lamanya Gara pergi membeli rokok, tapi cowok itu tak kunjung kembali. Geladys semakin murung di tempatnya. Apalagi ketika dia menyadari tatapan mata sekumpulan remaja laki-laki di dekatnya yang tertuju kearahnya.

Cewek itu merundukan tubuhnya lalu memeluk kakinya yang hanya memakai celana pendek. Dia merasa harus semakin waspada.

Sementara itu, Gara yang baru saja selesai membeli rokok dan mengobrol sebentar dengan teman-teman sekelasnya yang ternyata juga malam mingguan disini bersama pacar masing-masing segera kembali menghampiri Geladys. Tapi, dia tidak menemukan Geladys di tempatnya. Kursi yang sebelumnya ditempati Geladys pun kini kosong.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang