DIA ELGARA | 03

10.9K 431 22
                                    

Sebelum baca part ini, wajib vote!
Jangan lupa follow akun aku!

Selamat membaca! Semoga sukaa <3

***


Buku-buku bergambar yang tadi sempat di buat berantakan oleh Diva, Gara tata rapi ke dalam laci nakas satu per satu. Tapi kamarnya yang berantakan bak kapal pecah tetap Gara abaikan. Cowok itu memilih menjatuhkan tubuhnya keatas kasur dengan lunglai. Sekejap nyeri pada tulangnya terasa, sekejap hilang. Terus begitu sampai siang ini.

Tapi merasa ada yang kurang, cowok itu kembali bangun. Kaki jenjangnya melangkah mendekati lemari pakaian lalu membuka pintu bercat hitam yang terdapat beberapa tempelan foto polaroid disana. Gara mendesis saat melihat banyak kaus hitam miliknya yang tercampur dengan baju-baju berwarna pink milik Diva. Siapa yang menaruh baju anak itu di lemarinya? Apa ibunya?

"Ini baju udah kaya yang ada dipasar cuci gudang aja. Berantakan amat."

Walapun nakal, Gara masih termasuk kedalam golongan remaja laki-laki yang menyukai kerapihan terutama masalah penataan pakaian dalam lemarinya. Karena walaupun ia berpakaian urakan dengan baju seragam yang dikeluarkan dari celana saat sekolah, kerapihan pada kain bajunya adalah nomor satu.

Tangan Gara terulur mengambil pakaiannya dari tempat paling atas lemarinya lalu melemparnya satu per satu ke lantai dengan acak. "Gak papa. Sekalian nyari kerjaan."

Setelah merasa semua pakaiannya keluar dari lemari, kecuali baju seragam dan sarung yang masih di simpan di dalam lemari dengan gantungan baju, Gara duduk dilantai lalu mengambil kembali pakaiannya satu per satu untuk ia lipat.

Jam baru menunjukan pukul dua belas siang. Gara tidak tau anaknya ada dimana sekarang. Biasanya dia sedang menonton kartun di televisi bersama Elena diruang tengah.

Setelah mendapatkan setumpuk pakaian yang sudah dilipat rapi, Gara hendak menyimpannya kembali kedalam lemari. Tapi ia berhenti ketika matanya menangkap secarik kertas berwarna biru yang sudah memudar tergeletak disudut lemarinya. Dari tampilannya kertas itu sudah berdebu dan terlihat sudah lama.

"Kertas apanih? Perasaan urang teu pernah nunda kertas didieu."

(Perasaan gue nggak pernah nyimpan kertas disini)

Gara lebih dulu mengusap permukaan kertas yang berdebu itu lalu sesudahnya membuka lipatannya pelan-pelan. Kening Gara berkerut mendapati sebaris tulisan tangan rapi yang ditulis menggunakan tinta berwarna merah.

'Aku nunggu kamu di taman Sahara'

Ar_14 Okt 18

"Taman Sahara? Ar 14 Oktober 18?" Gara bertanya-tanya. "Taman Sahara itu..."

Mendadak perasaan Gara berubah tidak karuan. Tangannya mengepal tanpa sebab meremas kertas ditangannya. Dalam kepala Gara terputar ulang sekilas ingatan saat ia berdiri di bawah pohon belimbing di taman sahara dengan seikat mawar putih, beberapa tahun lalu.

Kertas ditangannya Gara lempar asal. Cowok itu celingukan mencari jaketnya.

Setelah mendapatkannya, ia buru-buru berdiri lalu menyambar kunci motor dan ponsel dari dalam laci nakas lalu segera berlari keluar kamar. Sisa pakaiannya yang masih berantakan ia biarkan.

****

"Kamu mau kemana, El?" tanya Elena saat melihat putranya yang berlari tergesa keluar kamar.

Gara melirik sekilas. "El mau keluar sebentar!"

"Loh katanya sakit---?"

Tanpa sempat berpamitan pada Elena, Gara segera berlari keluar. Dan tidak lama setelah itu, suara motor milik Gara terdengar menjauh dari pelataran rumah.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang