DIA ELGARA | 25

4.8K 193 2
                                    

New updatean gaes! Janlup vote!

***

Hari Jum'at setelah dzuhur Gara baru turun memulai rencananya untuk mencari Geladys. Cowok itu meminta bantuan anak-anak jalanan yang berstatus sebagai teman Geladys untuk mencari cewek itu juga. Sudah banyak tempat Gara coba susuri, tempat yang sekiranya bisa saja Geladys datangi. Namun nihil, dia tidak menemukan jejak apapun dari Geladys.

Gara tidak pernah bertanya sedikit pun soal tempat-tempat yang suka Geladys datangi pada cewek itu karena menurutnya itu tidak berguna. Tapi nyatanya sekarang dia membutuhkan itu semua. Sangat.

Gara sempat beristirahat dengan membeli makan dan minum bersama dengan anak-anak yang membantunya, setelah itu melanjutkan pencarian lagi. Sampai suara adzan ashar terdengar. Dan Gara tidak menemukan apapun untuk saat ini. Cowok itu berterima kasih pada anak-anak yang telah membantunya hari ini, dan mengatakan akan lanjut mencari besok.

Lalu Gara ikut shalat ashar berjamaah di masjid terdekat. Baru setelah itu ia kembali melajukan motornya pergi. Rencana Gara akan mampir sebentar ke rumah Arsen untuk berbicara sedikit.

***

Gara sampai di depan gerbang rumah berlantai tiga dengan halaman depan yang luas lebih besar dari halaman rumahnya sendiri. Kediaman keluarga Gardapati. Rumah bernuansa putih dengan sedikit sentuhan hitam itu terlihat sepi sore hari ini. Tidak ada siapapun di halaman rumahnya. Bahkan Gara tidak melihat kendaraan disana.

"Ngapain lo disini?"

Gara lantas menoleh. Ia menemukan Arsen dengan topi hitam dan pakaian kemeja berwarna senada sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan di depan dada. Tatapannya menyorot dingin.

"Lo habis darimana?" tanya Gara.

"Harusnya gue yang nanya gitu," balas Arsen. Lelaki itu melangkah maju hingga berhadapan dengan Gara. Tinggi badan mereka setara.

"Maksud lo?" Gara menautkan alis.

Terdengar decakan pelan yang sangat tajam dari bibir Arsen. "Kita temenan dari kecil. Dan lo masih sama kaya dulu. Suka nyembunyiin sesuatu."

Kali ini Gara menghela nafas pelan. Dia memalingkan wajahnya. Walaupun kelihatan diam, namun Arsen memiliki pergerakan yang tidak pernah bisa dibaca, bahkan oleh orang terdekatnya sendiri. Cowok itu bisa mengetahui sesuatu bahkan tanpa bertanya langsung. Tidak salah cowok itu dijadikan pemimpin Calveras.

"Butuh bantuan?" tawar Arsen.

Gara berdecih. "Gue nggak punya masalah apa-apa."

Arsen menyunggingkan senyum. Sejak dulu sahabatnya masih sama, tidak pernah mau mengungkapkan sesuatu yang di pendamnya. "Kelihatannya kita berantem gara-gara cewek."

"Berantem?"

Arsen mengangguk samar. "Gue pacaran sama Sevira. Gue nggak pernah cerita ke lo karena gue yakin lo bakal peka. Tapi lo bahkan nggak pernah nunjukin apapun dan sedikitpun tentang cewek lo."

Tangan Gara terkepal. "Dia bukan cewek gue."

"Tapi sekarang lo khawatir sama dia!" sela Arsen cepat.

Gara tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak khawatir pada Geladys, mungkin.

"Gue nggak permasalahin lo yang dekat sama cewek manapun. Tapi, gue benci orang bohong."

Pemimpin Calveras itu menepuk pelan bahu Gara. "Gue lagi sibuk. Lo boleh pergi, lanjutin nyarinya." Lalu Arsen berlalu pergi dari hadapan Gara untuk masuk ke halaman rumahnya.

DIA ELGARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang