"Apa anda baik-baik saja putri?" Ucap Hayi melihat mata sembab tuannya pagi ini.
"Oh, ah iya Hayi aku baik-baik saja." Sudewi nampak menoleh untuk menghindari tatapan Hayi
"Ibu Dyah Wiyat meminta anda segera ke paseban untuk jamuan makan pagi Putri." Ucap Hayi, matanya nampak masih memandangi Sudewi dengan penuh selidik.
"Iya, aku akan segera kesana."
"Apa anda yakin, anda baik-baik saja?" Tanya Hayi sekali lagi.
"Aku yakin, aku baik-baik saja Hayi, tenanglah." Ucap Sudewi sembari tersenyum.
Dia tahu, mungkin Hayi khawatir melihat mata sembabnya. Bagaimanapun juga dia dan Hayi sudah seperti sahabat. Meskipun Hayi lebih muda darinya, tapi dia cukup bisa mengerti apabila sesuatu telah terjadi pada Sudewi. Sudewi teringat ketika dia pertama kali diberikan dayang sendiri oleh Ibu Dyah Wiyat, Hayi adalah orang pertama yang diperkenalkan padanya, saat itu Sudewi berusia 10 tahun. Melihat seorang gadis kecil yang baru berusia sekitar 7 tahun kala itu, membuat Sudewi tidak tega untuk menjadikannya Hayi pesuruhnya, maka sebisa mungkin Sudewi mengerjakan segalanya sendiri, hanya sesekali dia meminta bantuan pada Hayi. Mereka akan saling menghibur satu sama lain jika ada yang sedih, hampir tidak ada rahasia diantara mereka, maka akhirnya jadilah mereka seperti sahabat.
Sudewi tersenyum sekali lagi pada Hayi, untuk meyakinkannya kembali bahwa Sudewi memang baik-baik saja.
"Ayo kita ke paseban Hayi." Ucap Sudewi sembari berlalu meninggalkan kamarnya.
Ketika Sudewi tiba, semua orang nampak telah berkumpul. Wajah ibu Suri Dyah Gitarja begitu cerah ketika melihatnya.
"Selamat pagi anakku." Sapa ibu Suri Dyah Gitarja begitu melihat kedatangan Sudewi.
"Selamat pagi Ibu Suri." Jawab Sudewi dengan senyum yang mengembang, berharap itu bisa menutupi kesedihan hatinya.
Semua dayang nampak sedang sibuk mempersiapkan jamuan makan pagi di hadapan mereka. Dan tiba-tiba saja suara dari Raden Kudamerta memecahkan keheningan.
"Apakah kau sudah membuat keputusan Sudewi?" Tanyanya, membuat perhatian seluruh isi ruangan langsung tertuju pada gadis itu.
Sudewi nampak menghela nafas.
"Hmmm Iya ayah, aku sudah membuat keputusan." Jawab Sudewi dengan keyakinan yang dibuat-buat.
"Apa keputusanmu nak?" Kini giliran ibunya lah yang bertanya, ada raut cemas di wajah ibunya itu ketika bertanya.
"Aku..." Sudewi tampak bimbang lagi untuk memulai.
Tidak Sudewi, kau tak boleh mengecewakan semua orang lagi.
"Aku sudah memutuskan untuk menerima pinangan ini ibu." Ucap Sudewi akhirnya.
"Kau sudah memikirkannya baik-baik bukan nak?" Tanya Ibu Dyah Wiyat nampak ragu dengan keputusan putrinya itu.
"Ya Ibu..aku sudah memikirkan ini baik-baik semalaman dan keputusan ku sudah bulat, aku akan menikah dengan Kanda Prabu Hayam Wuruk Ibu." Ucap Sudewi, kali ini ada kekuatan dalam nada bicaranya.
Suasana ruangan seketika berubah bahagia. Senyum tampak mengembang di setiap wajah orang yang ada di dalam Paseban keraton Daha. Ibu Suri Dyah Gitarja dan ibu Dyah Wiyat nampak langsung berpelukan. Raden Cakradara menunjukan wajah kelegaan. Raden Kudamerta, ayahnya, nampak menyunggingkan senyum penuh arti lagi yang sulit diartikan Sudewi, namun wajahnya jelas bahagia, ekspresi yang jarang sekali diperlihatkannya pada Sudewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...