Para pejabat kerajaan, pejabat desa dari berbagai daerah dan semua utusan kerajaan bawahan tampak menunduk hormat pada Raja dan Permaisuri yang akan meninggalkan Balai Agung Manguntur setelah menyudahi pertemuan mereka sore ini.
Sang Permaisuri dengan senyum ramahnya tampak mengimbangi langkah Sang Raja yang berjalan dengan penuh wibawa. Semua orang tampak masih memberikan penghormatannya sampai keduanya benar-benar meninggalkan Balai Agung Manguntur.
"Kau lelah Sudewi?" Tanya Hayam Wuruk. Ditatapnya lekat-lekat wajah wanita yang sedang berjalan disampingnya itu.
"Apa wajahku terlihat seperti lelah Kanda?" Tanya Sudewi.
"Aku rasa aku masih punya banyak tenaga untuk esok hari." Lanjutnya.Hayam Wuruk nampak tersenyun mendengar kata-kata istrinya itu.
"Ma'af Permaisuri...." Tampak seorang prajurit yang datang mendekat.
"Ada seseorang yang menitipkan sebuah surat untuk Anda.""Surat? Dari siapa?"
"Seorang gadis Tiongkok bernama Zuànshí Permaisuri. Dia meminta kami memberikan surat-surat ini pada Anda." Ucap Prajurit itu sembari memberikan dua gulungan kertas pada Sudewi.
Begitu terhenyaknya Sudewi ketika menerima dua gulungan kertas itu. Salah satu gulungan kertas itu dikenalinya sebagai undangan yang diberikannya pada Zuànshí. Dan tanpa menunda lagi Sudewi pun tampak segera membuka satu lagi gulungan kertas yang diterimanya.
"Ada apa Sudewi?" Tanya Hayam Wuruk ketika dilihatnya raut wajah istrinya yang seketika berubah saat membaca surat itu.
"Zuànshí tidak akan bisa datang memenuhi undangan ku besok, Kanda." Ucap Sudewi.
"Memangnya kenapa?" Tanya Hayam Wuruk.
"Entahlah, dia tak menjelaskan apapun alasannya, dia hanya menuliskan bahwa dia tak akan bisa datang besok." Ucap Sudewi.
"Dia juga mengembalikan undangannya padaku." Dia tampak menunjukkan gulungan kertas undangan yang ada ditangannya."Mungkin dia memang ada urusan lain Sudewi." Ucap Hayam Wuruk.
"Tapi....aku merasa sedikit aneh Kanda." Ucap Sudewi.
"Dia terlihat begitu senang ketika menerima undangan ini. Dan kini tiba-tiba saja dia mengembalikannya padaku tanpa menyebutkan alasan pastinya. Jujur saja ini membuatku khawatir. "Sekali lagi Hayam Wuruk tampak memandang lekat-lekat wajah istrinya itu.
"Kau ingin pergi menemuinya?" Tanya Hayam Wuruk kemudian."Apa Kanda mengizinkannya?" Tanya Sudewi.
"Aku tahu kau tak akan bisa menghentikan rasa khawatirmu jika belum bertemu dengan orang yang kau khawatirkan itu." Ucap Hayam Wuruk sembari tersenyum.
"Ayo pergi bersamaku."Sudewi nampak terkejut dengan perkataan suaminya itu.
"Tidak Kanda, mungkin aku tak akan dikenali jika berjalan sendirian." Ucap Sudewi.
"Tapi tidak denganmu. Semua orang di Trowulan pasti mengenalimu. Bisa jadi masalah nanti."Hayam Wuruk tampak menghela nafas panjang.
"Tak apa kan jika aku pergi sendiri?" Tanya Sudewi kemudian.
Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Hayam Wuruk selain mengiyakan permintaan istrinya itu.
"Ya, pergilah Sudewi..." Ucap Hayam Wuruk akhirnya."Terimakasih Kanda...." Ucap Sudewi.
"Aku akan pergi sekarang, sebelum hari berubah menjadi gelap." Dia sudah akan melangkahkan kakinya ketika tiba-tiba saja dengan lembut Hayam Wuruk meraih tangannya, membuat Sudewi sedikit terkaget"Berhati-hatilah..." Pinta Hayam Wuruk.
"Segeralah kembali."Sudewi tampak memandang lekat-lekat pria yang masih menggenggam tangannya itu.
"Hmmm ya.....aku akan berhati-hati." Ucapnya.
"Aku...akan segera kembali." Ucapnya sembari perlahan melangkahkan kakinya, membuat genggaman tangan Hayam Wuruk juga perlahan terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Fiksi Sejarah"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...