Bab 40

232 31 0
                                    

Sudewi baru saja kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan pertemuannya dengan Guru Atharwa. Sisa-sisa kesejukan hujan semalam masih begitu terasa bersama datangnya angin yang berhembus perlahan. Sinar matahari juga terasa begitu redup.

Sepertinya akan turun hujan lagi..

Sudewi tampak mengamati gumpalan kecil awan kelabu yang mulai berarak di langit timur.

"Apakah Ibu boleh masuk?"

Seketika Sudewi menoleh ke arah sumber suara yang teramat sangat dikenalnya.

"Ibu....." Sudewi tampak bangkit menghampiri ibu Dyah Wiyat yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Dengan lembut diraihnya tangan ibunya itu.
"Tentu saja Ibu..." Ucapnya sembari menggiring perlahan ibunya menuju teras kamar.

Ibu Dyah Wiyat nampak tersenyum melihat betapa bersemangatnya Sudewi melihat kedatangannya.

"Duduklah disini Ibu...." Pinta Sudewi.

"Ibu sangat senang akhirnya bisa berbicara berdua denganmu nak." Ucap Ibu Dyah Wiyat.
"Kita belum sempat bicara banyak kemarin, tadi pagipun ketika makan bersama kita juga tak punya banyak waktu untuk berbicara."

Sudewi tampak tersenyum mendengar perkataan ibunya itu.

"Aku juga sangat senang ibu." Ucap Sudewi.
"Oh iya Ibu, bagaimana keadaan di Daha?" Tanya Sudewi kemudian.

"Daha sangat baik nak, kau tahu dalam beberapa bulan ke depan  petani akan banyak memanen buah, pohon-pohon buah telah mulai berbunga dengan begitu lebat." Ucap ibunya.

Bayangan Sudewi tergiring untuk kembali ke Daha. Dia ingat, ketika musim buah tiba, di sepanjang jalan menuju rumah Guru Byakta akan dipenuhi oleh pohon-pohon buah seperti mangga, jambu, rambutan yang berbuah lebat. Terkadang para petani memperbolehkan untuk para pejalan kaki memetik sesukanya karena saking lebatnya. Sudewi ingat bahkan dia tak perlu memanjat pohon untuk memetik, karena buah-buahan itu akan menjuntai sampai kebawah.

"Aku sangat merindukan Daha ibu." Ucap Sudewi kemudian.

"Jika ada waktu tentu kau bisa pergi kesana nak." Ucap ibu Dyah Wiyat sembari tersenyum memaklumi kerinduan anaknya itu.

"Oh iya semalam sebenarnya ibu datang kemari, ibu ingin sekali bertemu denganmu." Lanjut Ibu Dyah Wiyat.

Sudewi tampak terkejut mendengar perkataan ibunya itu.
"Semalam Ibu datang kemari?" Tanyanya.

Perlahan Ibu Dyah Wiyat mengangguk.
"Tetapi penjaga mengatakan bahwa kau sedang bersama Prabu Hayam Wuruk."

"Ma'afkan aku ibu." Ucap Sudewi tiba-tiba.

"Kenapa kau meminta ma'af nak?" Ucap Ibu Dyah Wiyat.

"Aku menyesal ibu sudah menyempatkan datang kemari tetapi tak dapat bertemu denganku semalam." Ucap Sudewi lirih.

"Tidak....tak apa nak. Ibu justru sangat senang mengetahui kau dan Prabu Hayam Wuruk banyak menghabiskan waktu bersama." Ucap ibu Dyah Wiyat tersenyum.

Sudewi seketika terdiam mendengar perkataan ibunya itu.

"Sejujurnya ibu sempat khawatir akan hubungan kalian berdua, mengingat kegagalan Prabu Hayam Wuruk meminang Putri Sunda Galuh sebelum menikahimu, tapi ibu rasa tak perlu ada yang ibu khawatirkan lagi sekarang." Lanjut ibu Dyah Wiyat.
"Ibu akan selalu berdo'a untuk cinta diantara kalian berdua nak."

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang