Sudewi nampak memperhatikan langit yang mulai memerah di kejauhan. Tak terasa hari telah kembali senja. Dari teras kamarnya, dia bisa melihat sekawanan burung sedang terbang pulang entah kemana. Dihitungnya jumlah burung itu, ada sekitar 7 ekor.
Mungkin mereka keluarga. Ayah, ibu, anak, mungkin juga menantu.
Sudewi nampak menahan tawa atas apa yang terlintas dipikirannya itu. Bagaimana dia bisa memikirkan hal sekonyol itu?
"Permaisuri..." Nampak Hayi yang baru saja memasuki kamar Sudewi.
"Prabu Hayam Wuruk baru saja tiba di keraton." Ucapnya"Benarkah?"
"Saya melihatnya ketika baru turun dari kereta tadi."
Sudewi terdiam mendengar perkataan dayangnya itu. Nampaknya urusan Pelabuhan Canggu ini benar-benar menguras habis waktu yang dimiliki oleh suaminya itu. Sama hal nya seperti kemarin, semalaman Sudewi menanti kedatangan Hayam Wuruk, tapi pria itu tak kunjung datang sampai akhirnya Sudewi tertidur. Dia bisa menebak, pasti suaminya itu pulang larut malam, sehingga tidak bisa datang menemuinya.
"Beliau nampak sangat lelah sekali ketika berjalan ke kamarnya tadi." Ucap Hayi.
Sudewi tampak menghela nafas. Dia tidak heran jika Hayam Wuruk akhirnya kelelahan seperti itu. Pria itu juga pasti tidak bisa makan dengan baik.
"Hayi ikutlah aku ke dapur." Pinta Sudewi akhirnya.
"Apa yang akan Anda lakukan di dapur Permaisuri? Apa Anda akan memasak?" Tanya Hayi.
Sudewi nampak tersenyum.
"Dapur kan memang tempat untuk memasak Hayi." Ucapnya.
"Aku ingin membuat sesuatu untuk Prabu Hayam Wuruk, beliau pasti tidak makan dengan baik akhir-akhir ini. Aku benar-benar mengkhawatirkan kondisi kesehatannya.""Kalau begitu biar saya saja yang memasaknya." Ucap Hayi.
Sekali lagi Sudewi tersenyum.
"Tak apa Hayi, biar aku yang memasaknya sendiri. Kau bantulah aku." Ucapnya."Tapi kalau Dayang Anwa tahu, dia pasti akan marah."
"Dia tak akan tahu Hayi, tenanglah."
"Baiklah Permaisuri." Ucap Hayi, akhirnya mengalah dengan permintaan tuannya itu.
Berdua, akhirnya mereka berjalan menuju dapur. Sesampainya disana, Sudewi nampak mengedarkan pandangan mencari bahan apa yang bisa dimasaknya. Senyumnya mengembang ketika dilihatnya seekor ikan yang nampak masih begitu segar. Dia tahu apa yang harus dimasaknya kini.
"Anda akan memasak sup ikan?" Tanya Hayi, ketika melihat bahan yang nampak disiapkan oleh tuannya itu.
"Iya Hayi." Ucap Sudewi tersenyum. Tangannya nampak begitu sibuk meramu bahan-bahan yang ada dihadapannya. Sesekali Hayi nampak membantu. Tak lupa segelas wedang serbat juga telah disiapkan Sudewi untuk suaminya itu.
Ketika semuanya telah selesai, Sudewi nampak segera menata makanannya itu di atas nampan. Dia nampak tersenyum memandangi hasil masakannya itu.
"Kita harus segera membawanya Hayi." Ucapnya sembari mengangkat nampan itu dan segera berlalu menuju kamar Hayam Wuruk.Sudewi nampak hampir tiba di kamar suaminya itu, ketika mendengar seseorang memanggilnya dari kejauhan.
"Permaisuri!!!"
Sudewi seketika menghentikan langkahnya dan menoleh untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Terlihat Dayang Anwa yang sedang berjalan mendekat dari arah kamarnya.
"Saya menunggu Anda sedari tadi Permaisuri. Anda darimana?" Tanya Dayang Anwa, matanya nampak menatap tajam pada nampan yang sedang dibawa Sudewi.
Sudewi nampak memandang sekilas pada Hayi. Terlihat ada raut kekhawatiran di wajah dayangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
أدب تاريخي"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...