Lama Hayam Wuruk berdiri termenung di taman ini. Pandangannya tak tentu arah, namun pikirannya justru tertuju hanya pada satu nama.
Sudewi..
Apa yang sedang kau rasakan saat ini?Hayam Wuruk menghela nafas. Dia teringat pada kenangan-kenangan lamanya bersama Sudewi. Pikiran membawanya kembali pada pertemuan pertamanya dengan gadis itu.
Kala itu Sudewi baru saja dibawa ke keraton Trowulan untuk diperkenalkan dengan seluruh keluarga besar kerajaan. Dia yang adalah putri pamannya, Raden Kudamerta dari seorang istri selir, baru saja diambil dari Wengker, tempat dimana sebelumnya Sudewi dibesarkan.
Hayam Wuruk yang saat itu masih berusia 10 tahun bertemu pertama kalinya dengan gadis itu yang berusia sekitar 6 tahun. Di depan Ibu Suri Dyah Gitarja, yang pada saat itu masih manjadi seorang Ratu Majapahit, Sudewi nampak memperkenalkan dirinya.
"Siapa namamu nak?"
"Nama saya Sri Sudewi Ibu Ratu." Ucap Sudewi kecil.
"Wah namamu indah sekali, sangat cocok dengan dirimu nak."
Perkataan ibunya itu membuat Hayam Wuruk begitu penasaran dengan sosok gadis kecil bernama Sri Sudewi itu. Dia tampak menoleh ke samping, tapi karena diantara mereka duduk Nertaja dan Indudewi, Hayam Wuruk terpaksa membungkuk untuk melihatnya.
Nampak lah oleh Hayam Wuruk wajah cantik gadis kecil itu.
Sepertinya Sri Sudewi tahu kalau ada seseorang yang sedang memperhatikannya, perlahan gadis kecil itu pun nampak menoleh pada si pemilik sepasang mata yang sedang memperhatikannya itu.
Hayam Wuruk hanya bisa terdiam ketika melihat wajah cantik itu tersenyum kepadanya.
"Pangeran...apa yang sedang kau lakukan?" Tegur ibunya.
Perlahan Hayam Wuruk kecil tampak menegakkan kembali posisi duduknya.
Hayam Wuruk tersenyum mengenang kejadian itu.
Tahun demi tahun berlalu. Dia senang, setiap kali ada kesempatan untuk bertemu dengan Sudewi. Baginya Sudewi adalah gadis yang begitu berbeda. Di balik sikap lemah lembut khas putri keraton, ada sebuah semangat kebebasan dalam diri gadis itu yang bisa dirasakan Hayam Wuruk.
Meskipun begitu, Hayam Wuruk merasa bahwa Sudewi selalu berusaha untuk tetap menjaga jarak dengannya, entah kenapa.
Pernah suatu ketika Hayam Wuruk berkunjung ke Daha, dia langsung berinisiatif untuk menemui kedua adik sepupunya. Dilihatnya Indudewi dan Sudewi yang sedang belajar di sebuah pendopo. Ketika tahu Hayam Wuruk datang, Indudewi langsung berlari ke arah kakandanya itu.
"Kanda kapan datang?" Seru Indudewi seraya memeluk Hayam Wuruk.
Tapi tidak dengan Sudewi, dia tetap terduduk di depan mejanya. Gadis itu hanya mengangguk hormat dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. Senyuman indah yang selalu disukai oleh Hayam Wuruk setiap kali bertemu dengan Sudewi.
"Kau mau kemana Sudewi?" Tanya Hayam Wuruk, ketika melihat gadis itu akan berjalan ke luar keraton.
"Aku akan pergi ke rumah Gurudesa untuk belajar kanda."
"Sendiri?"
"Tidak, aku diantar oleh dayangku." Ucap Sudewi sembari menunjuk seorang dayang kecil disampingnya.
"Maksudku, tanpa pengawalan?" Tanya Hayam Wuruk lagi.
"Hmmm memang biasanya seperti itu." Ucap Sudewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...