Bab 53

188 29 1
                                    

Sudewi tampak mengamati beberapa kereta yang baru saja memasuki gerbang keraton Trowulan. Dia telah menunggu kedatangan kereta-kereta itu sedari tadi. Sesuai dengan rencana, rombongan dari Daha memang akan tiba hari ini. Kota Raja Trowulan kini benar-benar telah ramai karena para utusan dari kerajaan bawahan Majapahit banyak yang telah tiba dari beberapa hari yang lalu.

"Ibu!!" Panggil Sudewi ketika melihat Ibu Dyah Wiyat yang baru saja turun dari salah satu kereta yang telah berhenti.

"Permaisuri..." Ibu Dyah tampak tersenyum melihat Sudewi yang sedang berjalan ke arahnya.

Keduanya kemudian nampak berpelukan begitu erat untuk saling melepas rindu.

"Bagaimana kabarmu Nak?" Tanya Ibu Dyah Wiyat. Diusapnya lembut wajah putri yang teramat dirindukannya itu.

"Aku sangatlah baik Ibu, bagaimana dengan kabar Ibu sendiri?"

"Ibu juga sangat baik Permaisuri." Ucap Ibu Dyah Wiyat.
"Oh ya, apakah Yundamu juga sudah tiba?"

"Yunda Indudewi dan Raden Larang sudah tiba sedari semalam ibu." Ucap Sudewi.

"Syukurlah kalau begitu. Ibu juga sangat merindukan yundamu."

Perlahan Sudewi tersenyum.
"Iya Ibu, nanti malam kita bisa makan malam bersama dan saling melepas rindu." Ucap Sudewi.
"Tapi untuk saat ini mari aku antar ibu ke kamar terlebih dahulu, ibu harus banyak beristirahat. Beberapa hari ke depan akan sangat sibuk untuk ibu, tak akan ada banyak waktu untuk beristirahat."

"Baiklah Permaisuri."

Tiba-tiba saja mata Sudewi menangkap keberadaan ayahnya yang juga baru saja turun dari kereta. Seperti biasa, ayahnya itu tampak memandanginya dengan begitu datar.

"Selamat datang ayah." Ucap Sudewi sembari menunduk hormat pada ayahnya itu.

Tak ada kata yang diucapkan ayahnya itu padanya. Hanya sebuah anggukan kecil. Ayahnya itu kemudian nampak sibuk memerintahkan beberapa orang untuk memindahkan barang-barang bawaannya dari dalam kereta.

Apakah ayahnya itu masih marah padanya karena perihal pengangkatan Patih Gajah Mada? Perlahan Sudewi tampak menghela nafas, dia sama sekali tak ingin terlalu memusingkan hal itu, lagipula marah ataupun tidak, sikap ayahnya memang selalu seperti itu padanya.

"Permaisuri..." Panggil Ibu Dyah Wiyat lembut.

"Oh Ibu..." Perhatian Sudewi seketika teralihkan kembali begitu mendengar suara ibunya itu.
"Mari aku antar ke kamar Ibu sekarang."

****

"Permaisuri.... Semua orang telah menunggu Anda untuk makan malam." Ucap Hayi.

"Benarkah?" Tanya Sudewi yang nampak masih terduduk di depan cermin.

"Dayang Anwa meminta saya untuk segera memanggil Anda tadi." Ucap Hayi.

Perkataan dayangnya itu membuat Sudewi buru-buru bangkit dari duduknya.
"Baiklah... aku akan kesana sekarang Hayi." Ucap Sudewi sembari berlalu meninggalkan kamarnya. Dia tampak sedikit berlari karena tak enak hati telah membuat yang lain harus menunggunya.

Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, ketika melihat Hayam Wuruk yang juga sedang berjalan dari arah kamarnya.

"Kanda...." Panggil Sudewi.

Pria itu nampak tersenyum saat melihat keberadaan Sudewi.

"Sepertinya bukan aku saja yang terlambat datang untuk makan malam." Ucap Hayam Wuruk, yang membuat Sudewi seketika tertawa.
"Mau berjalan bersama?" Tanya Hayam Wuruk kemudian.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang