Hayam Wuruk tampak mengamati sinar matahari yang masuk menembus jendela kamarnya.
Pagi kah ini?
Atau siang kah?
Atau jangan-jangan sudah sore?Diusapnya perlahan kepalanya yang terasa begitu pening. Berusaha ditebaknya berapa lama ia telah tertidur. Pastinya memang lama sekali. Bisa dirasakannya matanya yang begitu kering. Sekujur tubuhnya pun terasa begitu kaku.
Sudewi....
Hatinya terasa teremas saat bayangan Permaisurinya kembali menyeruak. Gambaran Hayam Wuruk tentang malam itu memang begitu kabur, tapi satu hal yang diingatnya betul, hangat tubuh Sudewi yang berusaha direngkuhnya erat-erat. Begitu terasa seakan wanita itu masih berada dipelukannya saat ini.
"Pa- Prabu...."
Terlihat seorang prajurit dan dayang yang perlahan memasuki kamar Raja Majapahit itu.
"Apakah Anda sudah terbangun?" Tanya prajurit itu ragu-ragu.
Hayam Wuruk mendengus pelan.
"Ya...." Jawab Hayam Wuruk singkat.
"Pagi kah ini?" Tanyanya kemudian."Ini sudah hampir siang, Prabu." Jawab prajurit itu.
"Berapa lama aku tertidur?"
Prajurit itu lantas menoleh pada dayang disampingnya yang berdiri sembari membawa nampan makanan.
"Anda tertidur seharian kemarin Prabu." Jawab dayang itu.
"Dan baru terbangun siang hari ini."Hayam Wuruk tertegun. Ternyata sudah selama itu ia tertidur, pantas saja.
"Astaga...." Hayam Wuruk menggumam kesal. Bagaimana bisa ia membiarkan tuak-tuak itu mengendalikannya? Mengira minum banyak tuak bisa membebaskan hatinya yang kacau malam itu adalah suatu kesalahan besar."Patih Gajah Enggon meminta saya untuk memastikan apakah Anda sudah terbangun siang ini."
Ucapan dari sang prajurit langsung memecah lamunan Hayam Wuruk.
"Apakah beliau sedang menungguku?" Tanya Hayam Wuruk."Beliau menunggu Anda bersama dengan Patih Gajah Mada, Prabu."
"Patih Gajah Mada sudah kembali?" Tanya Hayam Wuruk yang nampak terkejut.
"Patih Gajah Mada sudah kembali ke Trowulan sedari kemarin sore, Prabu."
Hayam Wuruk kembali mendengus kesal. Berapa banyak hal yang telah dilewatkannya selama tertidur?
"Katakan pada mereka aku akan segera datang.""Baik Prabu." Ucap Prajurit itu, menunduk hormat sebelum akhirnya beranjak pergi.
"Ma'af Prabu...." Sang dayang yang masih tertinggal tampak mendekat dengan ragu-ragu.
"Ibu Suri Dyah Gitarja meminta Anda untuk langsung makan jika sudah terbangun." Lanjut dayang itu sembari meletakkan nampan makanan yang sedari tadi masih dibawanya di atas meja.Dengan begitu sendu Hayam Wuruk mengamati nampan makanan itu dari atas tempat tidurnya.
"Hmmm ya, aku akan memakannya." Ucapnya.
"Terimakasih..."Dayang itupun menunduk hormat dan bersiap untuk berlalu pergi, namun suara Hayam Wuruk yang kembali terdengar sontak menghentikan langkahnya.
"Tunggu!!" Cegah Hayam Wuruk.
"Apakah Permaisuri terlihat datang selama aku tertidur?"Dayang itu tampak berusaha mengingat-ingat.
"Hmmm saya tidak tahu Prabu, tapi saya tak melihat sama sekali beliau datang kembali setelah meninggalkan kamar ini kemarin pagi."Tentu saja Hayam Wuruk...
Tentu saja...
Tapi tunggu..."Permaisuri baru meninggalkan kamar ini pagi-pagi?" Tanya Hayam Wuruk meyakinkan bahwa ia memang tak salah dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Fiksi Sejarah"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...