Bab 14

342 34 0
                                    

Entah berapa lama Sudewi tertidur. Dia merasa itu lama sekali.

"Putri..bangunlah. Anda harus segera bersiap untuk upacara pernikahan."

Suara Dayang Anwa yang berusaha membangunkannya tadi, seketika membuat Sudewi terjaga. Dia memang merasa bahwa raganya begitu sangat lelah tapi tidak dengan jiwa dan hatinya.

Kini disinilah dia berdiri. Dipandangnya cermin yang tepat berada di depannya. Dari cermin itu dia bisa melihat bayangan seorang gadis yang sedang menatapnya. Seorang gadis yang semalam hampir saja melakukan sebuah kesalahan fatal. Seorang gadis yang hampir saja mengikuti segala ego jiwanya. Namun pagi tadi ketika terbangun gadis itu telah memilih untuk menjadi seseorang yang baru.

Sudewi nampak tersenyum pada bayangannya sendiri di cermin. Ya dia telah menjadi orang yang baru, tak kan ada lagi Sudewi seperti yang semalam. Hatinya benar-benar merasa berbeda sekarang. Tak ada sedikitpun keraguan yang dirasakannya kini. Dengan kesadaran penuh dia telah memantapkan hatinya untuk menyerahkan segala jiwa dan raganya pada Majapahit, pada seseorang yang akan didampinginya seumur hidup dan pada janji yang telah diucapkannya di depan seorang ibu.

"Putri...betapa cantiknya Anda." Ucap Hayi yang sedang membantunya berias. Sekali lagi Sudewi nampak tersenyum pada bayangannya.

Ini takdirmu Sudewi...
Hadapi apapun yang akan terjadi di depan.

Sama halnya seperti Sudewi, di ruangan lain nampak seorang pria yang sedang memandangi bayangannya sendiri di cermin. Dihelanya nafas dalam-dalam. Meskipun hatinya masih diliputi rasa yang tak menentu, namun tak ada pilihan lagi bagi dirinya kecuali menghadapi apa yang akan terjadi saat ini.

"Apa anda telah selesai bersiap Prabu?" Tanya Patih Gajah Enggon.

Hayam Wuruk mengangguk. Dipandangnya lagi bayangannya di cermin yang nampak begitu gagah dengan pakaian pengantinnya.

"Wah kanda kau benar-benar tampan." Ucap Nertaja yang baru saja tiba.

"Apa kau baru menyadari nya?" Ucap Hayam Wuruk seketika membuat Nertaja tertawa melihat wajah kesal kakandanya itu.

"Jangan terlalu galak Kanda, kau ini akan menikah. Nanti kalau calon pengantinmu lari bagaimana?" Canda Nertaja.

"Aku tak pernah galak padanya." Ucap Hayam Wuruk.

"Benar juga, kau selalu bersikap baik pada Yunda Sudewi." Ucap Nertaja.

"Itu karena dia tak nakal seperti dirimu." Ucap Hayam Wuruk.

"Hmmm aku rasa bukan itu alasannya." Ucap Nertaja nampak sedang memikirkan sesuatu.

"Maksudmu?" Hayam Wuruk nampak tak mengerti dengan kata-kata adiknya itu.

"Aku rasa kau memang sudah tertarik padanya sedari awal Kanda." Ucap Nertaja seketika membuat Hayam Wuruk terkesiap.
"Oh iya Kanda, kau tak menyuruhku untuk menemui calon pengantinmu itu?" Tanya Nertaja tampak tak terlalu memperhatikan reaksi terkejut kakaknya itu.

"Ya, temuilah dia." Pinta Hayam Wuruk kemudian.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan padanya?" Tanya Nirtaja.

Banyak Nertaja. Banyak yang ingin aku sampaikan padanya.

Namun Hayam Wuruk nampak hanya menggeleng.

"Baiklah, aku akan menemuinya untukmu." Ucap Nertaja tersenyum sambil berlalu meninggalkan kakaknya itu. Nertaja cukup hafal dimana letak kamar calon kakak iparnya itu. Beberapa kali dikunjunginya kamar itu apabila sedang ikut ibunya berkunjung ke Daha.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang