Bab 116

540 25 27
                                    

Hayam Wuruk tampak terdiam memandangi pintu dapur keraton Daha begitu dirinya tiba. Angin sepoi yang meniup perlahan, membuat semakin temaram sinar pelita yang menaungi pintu itu.

Sedang berada disinikah kau Sudewi?

Ada senyum kecut yang lantas tersungging di bibir Hayam Wuruk. Lagi-lagi ia tak tahu dimana Sudewi berada. Sejak mereka sampai di keraton Daha selepas senja tadi, belum sekalipun dijumpainya lagi kekasihnya itu.

Sebelumnya, Hayam Wuruk pun telah pula mendatangi pendopo karena terpikirkan waktu makan malam yang hampir tiba, namun ternyata Sudewi tak sekelebat pun terlihat berada disana.

"Ohhh!!"

Keterkejutan seseorang yang baru saja keluar dari dapur seketika mengalihkan perhatian Hayam Wuruk.

"Se- Selamat malam Prabu..." Sembari memegangi sebuah nampan besar ditangannya, seorang dayang terlihat langsung membungkuk saat mendapati Sang Prabu yang berdiri tepat di depan pintu.

"Apakah Permaisuri ada di dalam?" Tanya Hayam Wuruk kemudian pada dayang itu.

"Permaisuri tidak ada disini, Prabu." Jawab dayang itu.

"Permaisuri tak ada disini?" Ulang Hayam Wuruk.

"Ya Prabu..." Dayang itu tampak mengangguk yakin.
"Beliau sama sekali tak terlihat datang kemari."

Hayam Wuruk sontak mendengus lirih, terlihat begitu kecewa mendengar jawaban dayang itu.

Sedang berada dimana sebenarnya kau, Sudewi?

Perlahan, Hayam Wuruk pun kembali memandangi pintu dapur keraton Daha yang entah bagaimana, menjadi terlihat semakin suram baginya.
"Baiklah...." Ucapnya kemudian pada sang dayang.
"Terimakasih...."

Sang Raja Majapahit itu pun lantas segera berbalik dan melangkahkan pergi, meski sebenarnya belum terpikirkan kemana lagi ia akan mencari.

"Beristirahat lah Kanda...."

Hayam Wuruk cukup ingat, hanya permintaan itulah yang dikatakan Sudewi begitu turun dari kereta tadi, sebelum akhirnya pergi menghilang entah kemana. Padahal dari pada Hayam Wuruk justru sebenarnya Sudewi lah yang terlihat lebih membutuhkan istirahat. Kekasihnya itu tampak begitu lelah, begitu kehabisan tenaga.

Sudewi....

Bayangan wajah diam Sudewi sesaat sebelum memasuki keretanya di Wengker tadi pun sejenak terbersit kembali. Bayangan wajah diam yang menatap penuh arti. Dan betapa sulitnya bagi Hayam Wuruk untuk menelaah arti di balik tatapan kekasihnya itu. Antara senang ataukah sedih. Antara lelah ataukah baik-baik saja. Ia benar-benar kesulitan memahaminya.

Namun meski begitu, harus diakui Hayam Wuruk betapa tak terperi bungah yang dirasakannya saat mengetahui ternyata Sudewi tidak lah memilih untuk tetap berada di Wengker. Serasa angin harapan masih berkenan untuk berhembus lembut membelai rongga-rongga dalam jiwa Hayam Wuruk.

Walau belum sepenuhnya membuat tenang hati, namun paling tidak hal ini membuktikan pada apa yang telah diyakini Hayam Wuruk sedari awal, bahwa keinginan Sudewi yang dituturkan Hayi di taman pada malam sebelumnya, masih lah bisa diubah.

Tunggu sebentar....

Langkah Hayam Wuruk tiba-tiba terhenti saat mengingat sesuatu.

Taman?
Mungkinkah Sudewi ada disana lagi?
Astaga!!

Hayam Wuruk benar-benar geram pada dirinya sendiri, kenapa bisa ia terlupa akan tempat itu. Padahal itu adalah tempat yang paling memungkinkan untuk Sudewi berdiam diri. Lantas dengan tanpa berpikir panjang lagi, Raja Majapahit itu pun terlihat segera mengubah haluannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang