Bab 112

291 14 20
                                    

Hayam Wuruk tampak tersenyum memperhatikan dua orang wanita di depannya yang kini sedang berjalan dengan begitu ceria. Satu wanita yang masih begitu kecil sedang menggandeng dengan penuh semangat satu wanita yang telah dewasa. Menyisip diantara pepohonan mahoni dan johar tua yang tak terhitung jumlahnya. Tawa-tawa senang kini terdengar menggaung di tengah sunyinya hutan perbukitan itu.

Langit di atas mereka pun begitu cerah di waktu yang telah melebihi tengah hari. Hanya terlihat beberapa gumpalan awan putih saja dan sedikit mendung yang berkumpul di atas daerah hulu.

"Ahhh!!"

Seketika langkah semua orang langsung terhenti saat Sudewi tiba-tiba jatuh terduduk karena kakinya yang tak sengaja menginjak tanah licin berlubang.

"Sudewi!!!"

"Permaisuri!!!"

Terdengar Hayam Wuruk dan Agni yang sontak sama-sama menyerukan kekhawatirannya.

"Ma'af Permaisuri..." Ucap Agni segera.
"Seharusnya aku mendengarkan Ibu untuk tak berjalan cepat-cepat."

Sudewi pun langsung tersenyum saat melihat wajah menggemaskan Agni yang tampak begitu cemas.
"Tak perlu khawatir, Agni." Ucapnya lembut.
"Aku tak apa."

"Sungguh Sudewi?" Tanya Hayam Wuruk sembari mengulurkan tangannya. Namun tampaknya Sudewi tak mengharapkan uluran tangan itu. Sang Permaisuri pun hanya terlihat mengangguk singkat untuk menjawab dan memilih untuk segera bangkit berdiri sendiri, tanpa sedikitpun menghiraukan uluran tangan suaminya itu.

"Ayo kita mulai berjalan lagi!" Ucap Sudewi seraya meraih tangan mungil Agni.

"Ayo Permaisuri!!" Jawab Agni yang kembali terlihat ceria.

Sementara itu sembari menarik perlahan tangan terulurnya, Hayam Wuruk pun hanya bisa tersenyum tipis, melihat dua orang wanita yang kini mulai berjalan kembali itu.

"Apakah Anda pernah kesini sebelumnya, Permaisuri?" Tanya Agni.

"Ya...." Jawab Sudewi.
"Ketika aku masih kecil dulu, ibuku pernah mengajakku kemari."

"Ibu Kinasih?"

"Kau mengingatnya?"

"Dia juga orang yang sangat aku suka." Jawab Agni.
"Tentu saja aku mengingatnya."

"Kau luar biasa Agni." Puji Sudewi.
"Kau masih sangat kecil tapi kemampuan mengingatmu bagus sekali."

Agni tampak tersenyum bangga, terlihat begitu senang mendengar sanjungan Sang Permaisuri.

"Kalau begitu ingat-ingatlah aku juga, Agni!" Potong Hayam Wuruk yang berjalan beberapa langkah dibelakang mereka.

"Hmmmm..." Agni terdengar menggumam, tampak begitu ragu untuk menjawab.

"Apa kau tak suka padaku?" Tanya Hayam Wuruk dengan wajah yang berpura-pura sedih saat mendapati Agni yang masih saja terdiam.

Bukannya menjawab, Sang gadis kecil itu pun justru terlihat melirikan matanya takut-takut pada Hayam Wuruk.

"Tak apa..." Sahut Hayam Wuruk.
"Sebentar lagi, aku pasti akan menjadi orang yang paling kau sukai." Tambahnya lagi dengan begitu percaya diri.
"Dan juga menjadi orang yang paling akan kau ingat seumur hidupmu."

Agni yang sepertinya tak memahami perkataan terakhir Hayam Wuruk pun hanya bisa menatap bingung pada Sang Maharaja. Namun saat gadis kecil itu mulai mendengar sayup-sayup suara air terjun yang menderu di kejauhan, tatapan bingung itupun sontak menghilang dan tergantikan dengan kegirangan yang tergambar jelas di mata bulatnya.

"Oh itu suaranya sudah terdengar!!!" Ucap Agni sembari menghentak-hentakkan kakinya, tanda tak sabar.

Kesejukan pun sudah mulai terasa seiring dengan suara gemericik air yang semakin jelas terdengar. Udara yang berhembus pun telah terasa basah mengenai kulit ketiga orang yang sedang riang berjalan. Dan saat mereka akhirnya telah melewati rapatnya pepohonan johar terujung, menjelmalah sebuah air terjun indah yang tersembunyi begitu apik dibaliknya.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang