Hari masih begitu pagi ketika Sudewi telah bersiap untuk pergi ke kadewaguruan Guru Atharwa. Sesuai dengan apa yang telah direncanakannya sedari kemarin.
"Apakah kita akan berangkat sekarang Permaisuri?" Tanya Hayi yang nampak telah siap ikut bersama tuannya itu.
"Tentu saja Hayi, kita harus berangkat sekarang, aku tak ingin tiba terlalu siang nanti." Ucap Sudewi.
Keduanya pun segera berlalu menuju halaman keraton, dimana kereta yang akan membawa Sudewi tampak telah siap. Sudewi juga bisa melihat Hayam Wuruk yang sedang berbicara dengan beberapa prajurit yang akan mengiringi perjalanannya.
"Kanda..."
"Kau sudah siap untuk berangkat?" Tanya Hayam Wuruk sembari tersenyum melihat kedatangan istrinya itu.
"Iya Kanda...apa semuanya juga sudah siap?" Tanya Sudewi kemudian.
"Sesuai dengan permintaanmu Permaisuri Sri Sudewi, mereka telah siap sedari tadi." Ucap Hayam Wuruk.
"Silahkan naik ke keretamu."Sudewi nampak tersenyum mendengar perkataan suaminya itu.
"Terimakasih..." Ucap Sudewi sembari menaiki keretanya.
"Tak perlu khawatir Kanda, aku akan segera kembali.""Berhati-hatilah." Pinta Hayam Wuruk.
Perlahan Sudewi tampak mengangguk sebelum akhirnya kereta yang ditumpanginya membawanya berlalu meninggalkan keraton Trowulan.
Kadewaguruan Guru Atharwa terletak di tengah-tengah hutan di sebelah utara Kota Raja Trowulan. Sudewi bisa merasakan suasana jalanan yang semakin tenang ketika telah melewati perbatasan kota. Kini kemegahan telah berganti dengan permainya persawahan. Semakin lama, hutan yang terlihat dikejauhan semakin dekat. Tak ada suara hiruk pikuk yang terdengar, hanya suara derap kaki kuda kereta Sudewi yang melaju dengan begitu tenang.
"Apa perjalanan kita masih jauh Permaisuri?" Tanya Hayi.
"Entahlah Hayi.. Prabu Hayam Wuruk berkata bahwa butuh beberapa jam untuk tiba disana." Ucap Sudewi.
"Waah tidak bisa dibayangkan Guru Atharwa harus melewati sebegitu jauhnya jika akan mengajar Anda."
Seketika Sudewi terdiam mendengar kata-kata dari dayangnya itu. Hayi benar, tak bisa dibayangkan jarak yang harus ditempuh oleh gurunya itu untuk sampai di keraton Trowulan. Dan sekalipun gurunya itu tak pernah datang terlambat.
Beliau pasti berangkat pagi-pagi sekali...
Memikirkan hal itu, membuat Sudewi merasa tak enak hati, karena sering membuat Guru Atharwa menunggu.
Lama Sudewi memperhatikan jalanan hutan yang dilaluinya, sampai pada akhirnya dia merasakan laju kereta yang ditumpanginya mulai melambat. Tak berselang lama kereta itu tampak memasuki halaman sebuah komplek kadewaguruan.
"Sepertinya kita sudah sampai Hayi." Ucap Sudewi ketika kereta mereka telah benar-benar berhenti.
Tok..tok...tok
Terdengar suara ketukan di pintu kereta Sudewi.
"Kita telah sampai Permaisuri." Ucap seorang prajurit begitu Hayi membuka pintu kereta itu.
"Baiklah, aku akan turun sekarang." Ucap Sudewi.
Dia bisa merasakan asrinya udara, begitu turun dari kereta. Mungkin hutan ini juga terguyur hujan semalam, membuat udara disekitarnya semakin bersih dan terasa begitu menyegarkan.
Tiba-tiba saja Sudewi menangkap keberadaan seorang anak lelaki yang begitu terkaget saat melihat kedatangan rombongannya ini. Sejurus kemudian anak lelaki itu tampak berlari menuju ke dalam salah satu pura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Fiksi Sejarah"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...