Sinar -sinar lembut matahari pagi tampak memasuki jendela-jendela besar kamar Sudewi. Menembus masuk teras kamarnya dan menerpa segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Sudewi merasa pagi ini tampak begitu cerah dibandingkan pagi-pagi sebelumnya, udara pun terasa lebih hangat, padahal semalam hujan masih sempat mengguyur deras Majapahit. Suara kicauan burung pun terdengar entah dimana. Begitu ceria,begitu menenangkan.
Sudewi tampak sedang berias di depan cermin, ketika matanya menangkap bayangan payung kuning disudut ruangan.
Payung kuning itu...
Perlahan Sudewi berbalik untuk melihat payung kuning itu lebih jelas. Terbayang kembali olehnya wajah gadis Tiongkok yang ditemuinya kemarin. Bagaimanapun juga dia harus mengembalikan payung kuning itu.
"Selamat pagi Permaisuri..." Sapa Hayi yang baru saja tiba.
"Pagi Hayi..."
"Apakah Anda akan sibuk hari ini?" Tanya Hayi yang terheran melihat Sudewi yang sudah berias dengan begitu rapi.
"Hari ini akan ada pertemuan di Balai Agung Manguntur Hayi, Prabu Hayam Wuruk memintaku untuk ikut bersamanya." Ucap Sudewi tersenyum.
"Pertemuan?"
"Iya Hayi...beberapa minggu lagi akan diadakan upacara keagamaan tahunan, pertemuan itu akan membahas semua persiapannya."
"Upacara keagamaan tahunan?" Tanya Hayi dengan begitu senang.
"Benarkah itu Permaisuri?""Iya Hayi....Kau senang?" Ucap Sudewi tersenyum melihat dayangnya yang tampak begitu antusias.
"Tentu saja Permaisuri. Saya ingat tahun-tahun lalu, perjalanan dari Daha ke Trowulan sangatlah terasa menyenangkan jika kita akan menghadiri acara itu." Ucap Hayi.
"Kau benar Hayi...setelah sempat tak diadakan tahun kemarin, tahun ini kita akan mengadakannya kembali, itu akan sangat menyenangkan bagi kita semua." Ucap Sudewi tersenyum.
Hayi tampak mengangguk-anggukan kepalanya penuh semangat.
"Baiklah Hayi, sekarang bolehkah aku meminta tolong padamu?" Tanya Sudewi.
"Oh astaga apapun Permaisuri." Ucap Hayi tersenyum.
"Kau masih ingat letak kedai penjual keramik yang kemarin kita datangi?" Tanya Sudewi.
"Hmmm..." Hayi tampak sedang mengingat-ingat.
"Ya sepertinya saya masih ingat Permaisuri.""Jika kau memang masih mengingatnya, aku ingin meminta tolong padamu untuk mengembalikan payung yang dipinjamkan gadis pemilik kedai itu pada kita kemarin." Ucap Sudewi sembari mengambil payung kuning di sudut ruangan kamarnya.
"Tapi Permaisuri, saya akan sangat kesulitan berbicara padanya, saya kan tak bisa berbahasa Tiongkok sama sekali." Ucap Hayi.
Sudewi tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengambil secarik kertas dan menulis sebuah pesan ucapan terimakasih diatasnya.
"Berikan pesanku ini pada gadis itu Hayi, begitu juga dengan payungnya, tak perlu khawatir, cukup ucapkan saja terimakasih padanya, aku yakin dia pasti mengerti maksudmu." Ucap Sudewi tersenyum.
"Baik Permaisuri..."
"Mintalah seseorang untuk mengantarmu menggunakan kereta." Ucap Sudewi.
Hayi tampak mengangguk.
"Berhati-hatilah."
"Tak perlu khawatir Permaisuri, saya akan berhati-hati." Ucap Hayi tersenyum.
"Terimakasih Hayi... segeralah kembali jika sudah selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayam Wuruk & Sri Sudewi
Historical Fiction"Tak perlu menuliskan seberapa besar rasa cinta di antara kita di atas selembar kertas." "Jika seseorang mengingatku ketika mendengar namamu disebut, maka ia telah mengerti betapa besarnya rasa cinta itu ." "Meskipun seseorang hanya akan mengenal na...