Bab 27

247 32 0
                                    

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Tanya Hayam Wuruk pada sosok pria yang kini sedang duduk didepannya itu.

"Tak ada yang aku inginkan." Jawab pria itu singkat.

"Lalu kenapa kau mencoba untuk menyerang kami?" Tanya Hayam Wuruk sekali lagi.

"Aku hanya tak ingin jika kalian melaporkan atau membawaku pada prajurit Majapahit." Ucap pria itu.

"Apa?" Hayam Wuruk tampak memandang tak percaya pada pria itu.

"Kelat bahu yang kau kenakan itu..." pria itu tampak menunjuk kelat bahu atau gelang bahu yang melingkar di lengan atas Hayam Wuruk.
"Bukan kah tak sembarang orang mengenakan kelat bahu seperti itu?"

Hayam Wuruk tampak memandangi kelat bahu yang dikenakannya.

"Kau pasti orang penting di Majapahit bukan?" Pria itu tampak menatap tajam pada Hayam Wuruk.
"Apa kau akan membawaku pada prajurit Majapahit?"

Perlahan Hayam Wuruk menghela nafas.
"Aku tidak akan melakukan itu padamu."

Pria itu tampak memandang tak percaya pada Hayam Wuruk.

"Lalu apa yang Anda lakukan disini tuan?" Tanya Sudewi yang terduduk di samping Hayam Wuruk.

"Menghindar." Jawab pria itu datar.

"Menghindar?" Ulang Sudewi.
"Apakah Anda tidak ingin pulang ke Sunda Galuh tuan?"

"Rasa bersalahku terlalu besar pada kerajaanku. Aku telah membiarkan rajaku gugur di Bubat, tak ada lagi yang tersisa dari hidupku sekarang." Ucap pria itu dengan suara bergetar.

Tanpa disadari perkataan pria itu berhasil membuat Hayam Wuruk begitu terhenyak.

"Apakah Anda merasa tenang jika terus berada di hutan ini tuan?" Tanya Sudewi. Pria itu hanya terdiam, sama sekali tak menjawab pertanyaan itu.

"Tuan...Anda akan lebih tenang jika bisa pulang ke Sunda Galuh." Lanjut Sudewi.

Perlahan senyum sinis tampak tersungging di bibir pria itu.

"Kerajaan ini sangat besar, tak ada jaminan aku akan selamat sampai ke Sunda Galuh." Ucapnya.

"Aku bisa menjamin Majapahit tidak akan melakukan apapun padamu." Ucap Hayam Wuruk.

Sekali lagi pria itu menatap tajam pada Hayam Wuruk.
"Siapa kau sebenarnya? Kau bisa menjamin keselamatan ku melewati kerajaan sebesar ini?" Tanyanya tak percaya.

"Aku Hayam Wuruk tuan."

Seketika jawaban dari Hayam Wuruk membuat pria itu terdiam. Matanya tampak terbelalak kaget, ketika mendengar nama yang tak akan mungkin dilupakannya.
"Calon mempelai Putri Dyah Pitaloka...." Ucapnya kemudian.
"Kau pikir aku akan percaya?"

Dengan perlahan Hayam Wuruk memutar kelat bahu yang dikenakannya.
"Kau sendiri yang bilang bukan, tak sembarang orang yang mengenakan kelat bahu seperti ini. Itu karena kelat bahu seperti ini hanya dikenakan oleh seorang raja."

Hayam Wuruk bisa merasakan kilat marah perlahan kembali memenuhi tatapan mata pria itu padanya.

"Kau ingin menyerangku lagi?" Tanya Hayam Wuruk.
"Kau ingin membunuhku? Maka bunuhlah aku tuan, itu akan membebaskan ku dari rasa bersalah." Ucap Hayam Wuruk.

Hayam Wuruk & Sri SudewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang